
Wall Street Ambles, Bursa Saham Asia "Kebakaran"!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kembali dibuka melemah pada perdagangan Jumat (13/11/2020), mengikuti bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang ditutup 'ambles' pada Kamis (12/11/2020) waktu setempat (AS).
Tercatat indeks Nikkei di Jepang ambles 0,45%, Hang Seng di Hong Kong melemah 0,21%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,34%, Straits Times Index (STI) Singapura terpangkas 0,45%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,22%.
Beralih ke barat, bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup terkoreksi dalam pada perdagangan Kamis waktu AS atau Jumat pagi waktu Indonesia, setelah selama hampir sepekan mencatatkan reli yang tiada henti.
Dikutip dari data Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,08% di level 29,080.17,S&P 500 ditutup merosot 1% di level 3,537.01 dan Nasdaq ditutup terdepresiasi 0,65% di 11,709.59.
Penyebab bursa saham acuan global tersebut drop tidak hanya karena aksi profit taking oleh investor saja, tetapi juga karena kekhawatiran pasar akibat kenaikan kasus infeksi virus corona (Covid-19) di AS yang kembali terjadi dalam waktu sepekan ini.
Sebelumnya optimisme investor timbul setelah Pfizer dan BioNTech mengumumkan hasil yang menjanjikan dari vaksin yang menurut uji coba menunjukKan efektivitas di atas 90%.
Tetapi kabar mengkhawatirkan bahwa kasus Covid-19 dan jumlah pasien rawat inap mendekati level yang hampir sama dengan hari-hari terburuk sebelumnya membuat investor kembali resah.
New York menjadi negara bagian yang menerapkan aturan jarak sosial yang lebih ketat pada Rabu (11/11/2020), karena kasus infeksi Covid-19 terbaru di AS melonjak di atas 100.000 selama delapan hari berturut-turut.
"Pasar bereaksi terhadap kenaikan kasus Covid-19 secara nasional," kata Michael Antonelli, Direktur Manajemen Strategis Pasar di Baird, Milwaukee.
"Berita vaksin membantu di beberapa titik di masa depan, tetapi hari ini kita berhadapan dengan penyebaran yang semakin cepat," katanya lagi.
Kepala Tim Alokasi Global BlackRock, Rick Rieder, kepada CNBC International, memproyeksikan bahwa harga saham akan terus meningkat sampai akhir tahun nanti, meski bergerak cenderung volatil mengikuti pergerakan kasus Covid-19..
"The Fed akan terus bertahan di mode akomodatif untuk beberapa waktu," ujar Rieder. "Ketika stimulus sebesar itu diberikan, dengan likuiditas sebesar itu, dan ditambah stimulus fiskal... perekonomian akan berputar dengan baik."
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS merilis klaim pengangguran pekan lalu sebanyak 709.000 atau lebih baik dari pekan sebelumnya 757.000. Angka itu bahkan lebih baik dari konsensus ekonom dalam survei Dow Jones berujung prediksi angka 740.000.
Sedangkan, inflasi AS periode Oktober 2020 mengalami penurunan. Tercatat, inflasi AS secara tahunan (year-on-year/YoY) turun menjadi 1,2% dari posisi sebelumnya di level 1,4%. Sementara itu, inflasi inti AS (YoY) juga turun menjadi 1,6%.
Adapun inflasi AS secara bulanan (month-on-month/MoM) turun menjadi 0% dari posisi sebelumnya di 0,2% dan inflasi inti AS (MoM) juga turun menjadi 0%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
