Diobral Setelah Naik 4%, Rupiah 2 Hari Paling Buncit di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2020 17:45
[DALAM] 15.000
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (12/11/2020). Dolar AS yang mulai galak lagi membuat rupiah semakin menjauhi level "angker" alias level psikologis Rp 14.000/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.070/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah membengkak hingga 0,78% ke Rp 14.180/US$.

Posisi rupiah sedikit membaik, di penutupan perdagangan berada di level Rp 14.140/US$, melemah 0,5% di pasar spot.

Meski posisinya membaik, tetapi belum cukup membawa rupiah keluar dari posisi paling buncit di "klasemen" mata uang Asia. Kemarin, rupiah juga menjadi yang terburuk.


Mata uang utama Asia bervariasi pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 15:44 WIB, peso Filipina menjadi yang terbaik dengan menguat 0,15%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Kemarin, nilai tukar rupiah akhirnya melemah 0,21% setelah membukukan penguatan 6 hari beruntun. Selama menguat dalam 6 hari terakhir total sebesar 4%, yang tentunya menggiurkan untuk mencairkan cuan (profit taking).

Selain aksi ambil untung, rupiah juga tersandung data penjualan ritel Indonesia.

Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel di bulan September masih mengalami kontraksi 8,7% year-on-year (YoY). Meski membaik dari bulan sebelumnya kontraksi 9,2% YoY, tetapi penjualan ritel Indonesia sudah mengalami kontraksi dalam 10 bulan beruntun.

"Perbaikan penjualan eceran terjadi pada sebagian besar kelompok komoditas yang dipantau seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat tumbuh positif dalam dua bulan terakhir, serta perbaikan pada sub Kelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," tulis keterangan Bank Indonesia (BI) yang dirilis Rabu (11/11/2020).

Akan tetapi, BI memperkirakan penjualan ritel kembali mengendur pada Oktober 2020 dengan pertumbuhan -10% YoY.

Sementara itu, indeks dolar AS kembali menanjak. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini naik 0,32%, dan dalam 3 hari terakhir tercatat melesat 0,88%.

Pelaku pasar melihat prospek bangkitnya perekonomian AS setelah adanya vaksin virus corona dari Pfizer yang dikatakan efektif menangkal virus hingga lebih dari 90%.

Kabar vaksin dari Pfizer tersebut sebenarnya menjadi salah satu pemicu penguatan tajam rupiah pada Selasa lalu, sebelum mulai diterpa profit taking sejak kemarin, dan berlanjut hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular