Rupiah Kesandung, Kurs Dolar Australia Akhirnya Naik 0,4%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 November 2020 12:33
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (11/11/2020) setelah turun dalam 3 hari beruntun. Mata Uang Negeri Kanguru ini memang cukup kuat dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat dan dolar Singapura yang sebelumnya membukukan pelemahan 6 hari beruntun melawan rupiah.

Pada pukul 11:10 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.266,34, dolar Australia menguat 0,4% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam 3 hari terakhir, dolar Australia melemah 2,26%.

Rupiah sedikit tertekan pada perdagangan hari ini setelah data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel di bulan September masih mengalami kontraksi 8,7% year-on-year (YoY). Meski membaik dari bulan sebelumnya kontraksi 9,2% YoY, tetapi penjualan ritel Indonesia sudah mengalami kontraksi dalam 10 bulan beruntun.

"Perbaikan penjualan eceran terjadi pada sebagian besar kelompok komoditas yang dipantau seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat tumbuh positif dalam dua bulan terakhir, serta perbaikan pada sub Kelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," tulis keterangan Bank Indonesia (BI) yang dirilis Rabu (11/11/2020).

Akan tetapi, BI memperkirakan penjualan ritel kembali mengendur pada Oktober 2020 dengan pertumbuhan -10% YoY. Sejumlah komoditas, seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, diprakirakan mengalami penurunan penjualan.

Sementara itu, beberapa komoditas diprakirakan mengalami perbaikan kinerja penjualan, antara lain Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Sementara itu penyebab dolar Australia cukup kuat dibandingkan 2 dolar lainnya adalah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang menyatakan tidak akan menerapkan suku bunga negatif.

Dalam pengumuman rapat kebijakan moneter Selasa (2/11/2020), RBA memangkas suku bunga acuannya menjadi 0,1% dari sebelumnya 0,25%. Langkah tersebut diambil untuk lebih mendukung perekonomian yang mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir, setelah dihantam pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga mengatakan akan mengumumkan program tambahan pembelian aset (quantitative easing/QE).

Namun, Gubernur RBA, Philip Lowe, memberikan outlook suku bunga ke depannya tidak akan sampai negatif.

"RBA masih belum kehabisan amunisi, dan masih memiliki stimulus moneter tambahan jika diperlukan, meski demikian suku bunga negatif kemungkinan besar tidak akan diterapkan," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (3/11/2020).

Pernyataan tersebut memberikan gambaran periode pemangkasan suku bunga RBA kemungkinan sudah berakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular