
Sempat Sentuh Rp 13.975/US$, Rupiah Dilanda Profit Taking

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan penguatan hingga pertengahan perdagangan Selasa (10/11/2020). Namun, penguatan harus terpangkas, padahal sebelumnya sempat menembus ke bawah Rp 14.000/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,36% di Rp 14.000/US$, setelahnya mampu menguat hingga 0,53% ke Rp 13.975/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari ini, penguatan rupiah terpangkas hingga tersisa 0,18% di Rp 14.025/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Level Rp 13.975/US$ merupakan yang terkuat bagi rupiah dalam 5 bulan terakhir. Sejak pekan lalu hingga ke level tersebut, rupiah sudah melesat lebih dari 4%.
Melihat posisinya serta persentase penguatan tersebut maka wajar penguatan rupiah terpangkas akibat aksi ambil untung (profit taking).
Rupiah mampu menembus ke bawah Rp 14.000/US$ sebab sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya merespon kabar vaksin virus corona dari Pfizer.
Perusahaan farmasi asal AS tersebut berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, dan mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman.
"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (10/11/2020)
"Dengan berita hari ini kami sudah makin dekat untuk menyediakan vaksin kepada masyarakat di seluruh dunia, dan diharapkan bisa membantu mengakhiri krisis kesehatan dunia," ungkap Bourla.
Kedua perusahaan tersebut berencana untuk mengajukan penggunaan darurat vaksin kepada Food and Drug Administration (FDA) AS pada pekan ketiga November 2020.
Kabar tersebut memunculkan harapan hidup akan segera kembali normal, roda bisnis perlahan kembali berputar, dan perekonomian segera bangkit. Alhasil, aset-aset berisiko langsung melesat.
Meski demikian, rupiah sepertinya belum bisa mengakhiri perdagangan di Rp 13.000-an/US$ melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang pagi tadi sebelum pasar dibuka.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.002,50 | Rp14.043,2 |
1 Bulan | Rp14.039,00 | Rp14.061,2 |
2 Bulan | Rp14.061,50 | Rp14.092,2 |
3 Bulan | Rp14.109,50 | Rp14.137,2 |
6 Bulan | Rp14.237,50 | Rp14.251,2 |
9 Bulan | Rp14.370,00 | Rp14.371,9 |
1 Tahun | Rp14.505,00 | Rp14.554,1 |
2 Tahun | Rp15.341,00 | Rp15.290,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Jika tren penguatan di pasar NDF terus berlanjut, peluang rupiah mempertebal penguatan semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
