Nyaris Tembus Rp 14.000/US$, Rupiah The Best di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 November 2020 15:53
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (9/11/2020), hingga nyaris menembus Rp 14.000/US$.

Kemenangan Joseph 'Joe' Biden dan Kamala Harris di pemilihan presiden AS melawan petahana Donald Trump-Mike Pence masih menjadi pemicu utama penguatan rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,28% di Rp 14.150/US$. Rupiah tidak pernah masuk ke zona merah, penguatan malah terus terakselerasi hingga 1,32% di Rp 14.020/US$.

Di akhir perdagangan rupiah berada di level Rp 14.050/US$, menguat 0,99%. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 19 Juni lalu. 

Dengan penguatan tersebut, rupiah sekali lagi menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Hingga pukul 15:17 WIB, hanya won Korea Selatan yang mendekati penguatan rupiah sebesar 0,79%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia

Biden dari Partai Demokrat berhasil mengalahkan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.

Berdasarkan data dari NBC News, Biden memperoleh 279 electoral vote, sementara Trump 214 electoral vote. Meski perhitungan di beberapa negara bagian masih berlangsung, tetapi peroleh Biden sudah melebihi batas minimal 270 electoral vote.

Kemenangan Biden dianggap menguntungkan negara-negara emerging market seperti Indonesia, sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk. Selain itu, stimulus fiskal juga akan lebih besar ketimbang yang akan digelontorkan Trump dan Partai Republik.

Nancy Pelosi, Ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.

Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah. Negara-negara emerging market seperti Indonesia juga berpotensi kecipratan aliran modal yang membuat rupiah perkasa.

Terbukti, data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,06 triliun.

Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun.

Selain itu, rupiah juga mendapatkan tenaga dari data transaksi berjalan (current account) yang diperkirakan dalam mencatat surplus untuk pertama kalinya dalam nyaris 10 tahun terakhir di kuartal III-2020.

Data transaksi berjalan akan dirilis Selasa besok.

Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam menentukan laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular