2 Dolar Dibabat Rupiah, Kurs Dolar Australia Kok Masih Kuat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 November 2020 13:48
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin (9/11/2020), meski pelemahannya tidak sebesar dolar Amerika Serikat (AS) dan dolar Singapura. Pada pekan lalu, saat 2 dolar tersebut merosot, dolar Australia justru mampu menguat tipis melawan rupiah.

Pada pukul 12:33 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.270,53, dolar Australia melemah 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama, dolar AS merosot 0,85% dan dolar Singapura 0,55%.

Sepanjang pekan lalu, dolar Australia berhasil menguat 0,22%, sementara dolar AS ambrol nyaris 3% dan dolar Singapura 1,6%.

Salah satu penyebab masih kuatnya dolar Australia adalah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang menyatakan tidak akan menerapkan suku bunga negatif.

Dalam pengumuman rapat kebijakan moneter Selasa (2/11/2020), RBA memangkas suku bunga acuannya menjadi 0,1% dari sebelumnya 0,25%. Langkah tersebut diambil untuk lebih mendukung perekonomian yang mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir, setelah dihantam pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga mengatakan akan mengumumkan program tambahan pembelian aset (quantitative easing/QE).

Dolar Australia sempat melemah kemarin setelah pengumuman tersebut, tetapi pada akhirnya berbalik menguat setelah Gubernur RBA, Philip Lowe, memberikan outlook suku bunga ke depannya.

"RBA masih belum kehabisan amunisi, dan masih memiliki stimulus moneter tambahan jika diperlukan, meski demikian suku bunga negatif kemungkinan besar tidak akan diterapkan," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (3/11/2020).

Pernyataan tersebut memberikan gambaran periode pemangkasan suku bunga RBA kemungkinan sudah berakhir.

Selain itu, kemenangan Joseph 'Joe' Biden pada pemilihan presiden di AS secara tidak langsung juga memberikan dampak positif ke dolar Australia.

Kemenangan Joe Biden diperkirakan akan mengakhiri perang dagang AS-China, atau setidaknya tidak bertambah buruk dari saat ini. Dengan demikian, perekonomian China berpeluang bangkit dengan cepat, dan Australia juga akan terkerek naik. Sebab, China merupakan mitra dagang utama Australia, sehingga perekonomian China berdampak besar terhadap Australia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular