
Makasi Biden! Asing Lirik Bursa Saham RI & Borong Rp 1,2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Mimpi bursa saham domestik untuk kembali dilirik pemodal asing pun akhirnya tercapai juga. Masuknya aliran dana asing mampu membantu mendongkrak harga aset-aset ekuitas nasional minggu ini.
Bersama dengan indeks acuan saham Benua Kuning lainnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat pada periode 2-6 November 2020. Dalam periode tersebut IHSG naik 4,31%.
Asing yang tadinya jaga jarak dengan bursa saham RI kini mulai punya confidence untuk masuk lagi ke pasar RI. Data perdagangan mencatat, aksi beli bersih asing mencapai Rp 1,2 triliun di seluruh pasar sepekan terakhir. IHSG berhasil ditutup di level 5.335,53.
Sentimen pendongkrak kenaikan imbal hasil pasar saham nasional masih seputar perhelatan akbar empat tahun sekali di AS yaitu pemilihan umum (presiden). Pada 3 November lalu, masyarakat AS berpartisipasi dalam pesta demokrasi untuk menentukan siapa layak duduk di kursi presiden AS ke-46 di Gedung Putih.
Perhitungan suara masih berlangsung. Untuk sementara waktu kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden diunggulkan dengan total suara elektoral mencapai 264 suara. Di AS sistem pemilunya berbeda karena mengusung konsep lembaga pemilih (electoral college) yang nantinya bakal memilih Presiden AS berdasarkan amanat masyarakat.
Biden meninggalkan jauh rivalnya Trump dari Partai Republik dengan suara elektor sebanyak 214 suara saja. Mengingat mekanisme pemilu tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, penghitungan suara butuh waktu berhari-hari bahkan sampai mingguan karena faktor teknis apalagi kalau ada gugatan dari kontestan lain.
Untuk bisa menang, mantan wakil presiden Barrack Obama tersebut tinggal mengantongi enam suara elektor lagi. Bagaimanapun juga pasar mulai terbiasa dengan gagasan bahwa Biden lah yang bakal dinobatkan sebagai presiden AS pasca periode mantan taipan AS Donald Trump.
Pasar menyambut gembira potensi kemenangan Biden tersebut, terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia yang valuasi asetnya sensitif terhadap pergerakan dolar AS.
Apabila sampai di akhir perhitungan Biden masih tetap unggul dan jadi presiden, dolar AS akan semakin tertekan. Salah satu pemicu tertekannya dolar AS adalah kebijakan fiskal yang cenderung ekspansif sehingga membuat injeksi likuiditas di perekonomian riil.
Pelemahan dolar AS akan dibarengi dengan keluarnya aliran modal dari AS. Para pemilik modal akan cenderung membawa uangnya dan menanamkannya ke aset-aset keuangan negara berkembang.
Inflow uang dari para pemodal AS yang dibelikan aset-aset ekuitas Tanah Air menjadi mengalami kenaikan harga seperti yang terjadi di pekan ini pada IHSG.
Minggu ini angka keramat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) RI untuk kuartal ketiga juga dirilis. Hasilnya sudah sesuai dengan prediksi bahwa ekonomi masih berada di zona kontraksi meski lebih rendah dibandingkan dengan periode kuartal kedua tahun ini.
BPS melaporkan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 3,49% (yoy). Lebih baik dibanding periode April-Juni yang tumbuh sebesar minus 5.32% (yoy). Untuk kuartal keempat pemerintah memprediksi ekonomi nasional masih akan terkontraksi tetapi lebih kecil.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia periode Oktober-Desember berada di angka minus 0,6% (yoy) sampai minus 1,7% (yoy).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500