Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat di perdagangan Sesi I hari ini. Namun laju penguatan indeks tidak lagi ngebut seperti kemarin.
Pada Jumat (6/11/2020), IHSG ditutup di 5.288,8 pada Sesi I. Menguat 0,54% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Transaksi perdagangan tercatat Rp 4,83 triliun yang melibatkan 6,79 miliar unit saham yang ditransaksikan 484.400 kali. Investor asing membukukan beli bersih Rp 199,94 miliar di seluruh pasar.
Berikut sejumlah saham yang menjadi top dan bottom movers hingga Sesi I:
 Foto: Refinitiv ihsg |
Kemarin, IHSG melonjak dengan penguatan mencapai 3,04%. Ini menjadi kenaikan harian tertinggi sejak 30 April.
Hari ini investor masih rajin berburu saham di Bursa Efek Indonesia. Namun dengan kenaikan IHSG yang kemarin sudah tajam (dan dalam sebulan terakhir mencapai 6,08%), aksi borong jadi kurang semarak dan laju kenaikan IHSG melambat.
Tidak hanya IHSG, sebagian besar indeks saham utama Asia pun menguat. Kenaikan 0,54% membuat IHSG menempati posisi ketiga terbaik di Benua Kuning, hanya kalah dari Sensex (India) dan PSEI (Filipina).
Berikut perkembangan indeks saham utama Asia pada pukul 11:58 WIB:
Minat investor terhadap aset-aset berisiko memang sedang tinggi. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,95%, S&P 500 menanjak 1,95%, dan Nasdq Composite melompat 2,59%.
Pelaku pasar merespons positif hasil sementara pilpres AS. Per pukul 11:50 WIB, sang penantang Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat) unggul atas petahana Donald Trump (Partai Republik) dengan suara elektoral (electoral college vote) 264 berbanding 214. Butuh 270 suara elektoral untuk memenangi pilpres.
Ya, investor memang lebih mengunggulkan Biden untuk menjadi penunggu Gedung Putih yang baru. Jika Biden menang, maka kemungkinan pemerintah akan menggelontorkan paket stimulus fiskal yang lebih besar.
Sebagai informasi, kubu Demokrat mengusulkan paket stimulus baru senilai US$ 2,2 triliun, lebih tinggi ketimbang proposal pemerintahan Trump yaitu US$ 1,8 triliun. Pembahasan stimulus masih mandek, karena semua fokus ke pilpres.
"Kami memperkirakan ada stimulus besar tahun depan. Stimulus itu, ditambah dengan kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), akan mengangkat ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Kami sangat yakin dengan prospek 2021 dan 2022," tegas James Knightly, Chief International Economist ING Group, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA