Trump Mulai Pepet Biden, Nikkei Terbang tapi Hang Seng Jeblok

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
04 November 2020 17:07
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia mayoritas ditutup menguat pada perdagangan Rabu (4/11/2020) di tengah ketatnya persaingan dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang memicu kekhawatiran akan kepastian politik pascapilpres.

Tercatat indeks Nikkei di Jepang terbang 1,72%, indeks Shanghai China menguat 0,19%, indeks STI Singapura melesat 0,75% dan KOSPI Korea Selatan terdongkrak 0,6%.

Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,21% pada hari ini.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles 1,05% di level 5.105,19. Padahal pada penutupan perdagangan sesi 1, IHSG sempat berada di zona hijau, yakni menguat 0,13% ke level 5.166,15.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 123,3 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 8,02 triliun.

Bursa saham Asia masih melanjutkan tren penguatan, namun penguatannya cenderung terpangkas karena pelaku pasar masih wait and see terkait masih dihitungnya jumlah suara pilpres AS.

Walaupun masih menguat, namun beberapa indeks di kawasan Asia seperti Hang Seng Hong Kong hari ini bergerak ke zona merah setelah pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO) perusahaan afiliasinya yakni Ant Group disuspen karena persoalan regulasi.

Sedangkan IHSG berbalik arah ke zona merah karena ada potensi Trump akan menang di pilpres AS kali ini, walaupun saat ini Biden masih mengungguli.

Sampai saat ini kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden masih unggul dengan perolehan suara elektoral sementara 238, sedangkan Trump dari Partai Republik masih mengantongi 213 suara.

Kontestasi politik keduanya sangatlah sengit dan dinamis. Sistem pemilu yang menggunakan lembaga pemilih atau electoral college pada akhirnya membuat demokrasi di AS tidak terjadi secara langsung.

Untuk memenangkan pemilu salah satu kandidat harus mendapat 270 suara dari total 538 elektor yang mewakili 150 juta masyarakat AS yang berpartisipasi dalam pemilu kali ini.

Ada 50 negara bagian yang terbagi menjadi tiga kategori, ada yang menjadi wilayah Demokrat, ada yang menjadi sarang Republik ada juga yang sifatnya swing atau ada kemungkinan bisa dimenangkan oleh salah satu pihak.

Swing state menjadi perhatian baik kontestan, pengamat politik hingga publik karena suara para elektor dari wilayah ini lah yang nanti bisa mempengaruhi hasil akhir pemilu.

Saat ini dari 14 negara bagian yang masuk kategori swing state, Trump unggul di sembilan wilayah. Namun, belum semua suara terhitung. Proses perhitungan membutuhkan waktu yang tidak singkat dan bisa berhari-hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular