
Turun 1,5% di Oktober, Dolar Singapura di Bawah Rp 10.700/SG$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah sepanjang bulan Oktober, hingga menyentuh level terendah dalam 2 bulan terakhir.
Rupiah mendapat sentimen positif setelah Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta akhirnya kembali dilonggarkan pada bulan lalu.
Melansir data Refinitiv, kurs dolar Singapura melemah 1,53% di bulan Oktober ke Rp 10.698,87/SG$, tidak jauh dari level terendah sejak 31 Agustus Rp 10.691,67/SG$ yang disentuh sehari sebelumnya.
Sementara pada hari ini, Senin (2/11/2020), pukul 11:05 WIB, mata uang Negeri Merlion ini menguat 0,12% ke Rp 10.711,41/SG$.
Pada pertengahan September lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengetatkan PSBB akibat peningkatan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Meski demikian, PSBB tersebut tidak seketat di bulan April lalu.
Pekerja, baik di pemerintahan maupun swasta, tetap bisa pergi ke kantor meski ada pembatasan.
Sementara restoran, baik yang terpisah (stand alone) maupun di pusat perbelanjaan, masih boleh buka. Akan tetapi tidak boleh menerima pengunjung untuk makan-minum di tempat, hanya melayani pesan-antar (delivery) atau pesan-bawa pulang (take away).
Meski tidak seketat PSBB di bulan April, tetapi tetap saja membebani pemulihan ekonomi Indonesia.
Gubernur Anies akhirnya kembali melonggarkan PSBB dan menerapkan masa transisi sejak 12 Oktober, rupiah pun perlahan terus menguat melawan dolar Singapura.
Sementara itu dari Singapura, Kementerian Perdagangan dan Industri pada pertengahan Oktober lalu melaporkan data produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020 sebesar -7% year-on-year (YoY).
Meski masih berkontraksi, tetapi lebih baik dari kuartal sebelumnya -13,3% YoY. Di kuartal I lalu, PDB juga mengalami kontraksi, -0,3% YoY, sehingga Singapura resmi memasuki resesi sejak kuartal II lalu.
Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi jika PDB mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara YoY.
Sehingga, Singapura kini sudah mengalami resesi selama 9 bulan. Kabar baiknya, menurut National Bureau of Economic Research (NBER), lembaga swasta non-profit di AS, rata-rata lamanya waktu resesi adalah 11 bulan, artinya ada peluang Singapura akan sebentar lagi akan bangkit.
Tetapi patut digarisbawahi, resesi kali ini tidak seperti sebelumnya yang disebabkan oleh pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Jadi, pemulihan ekonomi akan sangat tergantung dari kesuksesan meredam penyebaran Covid-19.
International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terbarunya memprediksi PDB Singapura sepanjang 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 6%, tetapi akan tumbuh 5% di tahun depan.
Indonesia baru akan melaporkan PDB kuartal III-2020 di pekan ini. Indonesia sudah pasti mengalami yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri, dan dinanti pelaku pasar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.
IMF memprediksi perekonomian Indonesia akan minus 1,5% sepanjang tahun ini, sementara di tahun depan tumbuh 6,1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
