Bank BUKU IV

Kinerja YoY Bank Memang Kurang Oke tapi Coba Lihat QoQ, Jos!

Tri Putra, CNBC Indonesia
02 November 2020 12:47
Warga mengambil ATM di kawasan Jakarta, Kamis (1/2/2018). CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim rilis laporan keuangan Q3-2020 sudah resmi berakhir pada akhir bulan Oktober ini. Mayoritas bank-bank besar atau lebih dikenal dengan sebutan bank BUKU IV (bank dengan modal inti di atas Rp 30 Triliun), kecuali PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).

Tim Riset CNBC Indonesia mengkompilasi kinerja keuangan bank Buku IV di Indonesia. Kinerja yang dirangkum adalah pertumbuhan laba bersih perseroan dalam sembilan bulan pertama di tahun 2020 dibandingkan dengan sembilan bulan pertama di tahun 2019 (Growth 9M20 YoY). Angka ini nantinya akan menunjukkan seberapa parah laba bersih suatu bank digerogoti oleh Covid-19.

Selanjutnya pertumbuhan laba bersih kuartal ketiga dibandingkan dengan laba bersih kuartal kedua tahun ini (Growth Q3 QoQ). Angka ini akan menunjukkan apakah laba suatu bank sudah berhasil pulih dari serangan virus yang suka dengan kerumunan ini pada kuartal ketiga kemarin.

Seterusnya rasio-rasio perbankan penting lain yang dikompilasi termasuk diantaranya non performing loan (NPL) yang menunjukkan tingkat resiko pinjaman bank, net interest margin (NIM) yang menunjukkan profitabilitas bank di tengah pandemi corona dan terakhir tidak lupa kinerja harga saham bank tersebut secara tahun berjalan (YTD).

Bagaimanakah kinerja bank-bank raksasa ini? Apakah sudah berhasil pulih atau malah kondisi keuangannya pada kuartal ketiga masih digerogoti virus nCov-19. Simak tabel berikut.

Tidak berlebihan apabila PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dijuluki dengan sebutan The King of Bluechip, karena baik kinerja sahamnya maupun kinerja keuangannya tidak terlalu terdampak dengan adanya pandemi virus Covid-19, tercatat saham BBCA hanya terkoreksi 20% secara tahun berjalan dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan yang direpresentasikan oleh indeks Infobank15 yang secara tahun berjalan masih terkoreksi 30%.

Setali tiga uang, kinerja keuangan BBCA juga tergolong moncer di tengah pandemi. Pada 9M20 ini, laba bersih BBCA hanya tergerus 5% dibandingkan tahun lalu, hal ini menunjukkan kehadiran Covid-19 tidak begitu mengganggu kinerja laba BBCA. Sedangkan pertumbuhan laba bersih BBCA di kuartal ketiga dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (QoQ) juga tergolong oke di angka 50% yang menunjukkan kuatnya kinerja BBCA untuk terus mencetak laba dan still going strong di tengah pandemi.

Hal ini juga diamini oleh NPL yang terjaga tetap rendah, diangka 1,X% jauh di bawah rata-rata NPL industri perbankan di angka 3,3%. Tercatat dari bank buku empat lain hanya BBCA yang mampu menjaga NPL-nya di kisaran angka 1%. Selain itu NIM BBCA juga mampu dijaga tetap tinggi di angka 5% lagi-lagi berada di atas rata-rata industri di angka 5%.

Selanjutnya perbankan Pelat Merah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) laporan keuangan kuartal ketiganya juga tidak kalah apik. BMRI menunjukkan bahwa kinerja laba bersih pada kuartal ketiga sudah muncul tanda-tanda pemulihan. Hal ini terlihat dari laba bersih BMRI yang tumbuh 30% secara QoQ di kuartal ketiga sehingga dapat dikatakan bagi BMRI the worst is over.

Perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selanjutnya yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan karena laba bersihnya masih digerogoti virus corona 63,9% secara YoY. Sejatinya kendala BBNI muncul karena jumlah pencadangan yang besar yang diharuskan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan diberlakukannya PSAK 71 mulai tahun ini.

Standar yang mengacu kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) 9 ini menggantikan PSAK sebelumnya yakni PSAK 55. Dalam PSAK baru ini, poin utamanya ialah pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan berupa piutang, pinjaman, atau kredit.

Metode pencatatan baru ini mengharuskan kredit-kredit yang tidak bermasalah alias lancar untuk tetap memiliki pencadangan. Jadi meskipun di laporan keuangan labanya terpangkas, apabila nantinya kreditnya tidak gagal bayar atau tidak di write-off maka pencadangan bisa dikembalikan sebagai laba.

Apalagi mengingat di tubuh BBNI baru saja terjadi pergantian direksi besar-besaran setelah 'dibedol' dari BMRI, maka masih sangat terbuka kemungkinan BBNI untuk membukukan kenaikan laba bersih secara kuartalan yang sangat impresif di penghujung tahun.

Bank dengan modal inti terbesar ke enam di Indonesia PT Bank Danamon Tbk (BDMN) berhasil membukukan pertumbuhan laba yang mencengangkan mata secara kuartalan. Tercatat laba bersih BDMN secara QoQ pada Q3 berhasil terbang 257,78%, akan tetapi kenaikan ini sejatinya terjadi karena pada kuartal sebelumnya BDMN membukukan rugi bersih yang cukup parah berbeda dengan seluruh Bank BUKU IV lain yang berhasil membukukan laba di Q2 sehingga ketika BDMN berhasil membukukan laba di Q3 maka akan terlihat kenaikan yang sangat masif.

Hal ini juga diamini oleh pertumbuhan laba 9M20 BDMN secara YoY yang masih terkoreksi parah 43,12% yang menunjukkan proses pemulihan BDMN masih perlu dikonfirmasi di Q4, apalagi dengan NPL yang tergolong membengkak yakni 3,4% berada di atas rata-rata industri 3,2%.

Sementara itu untuk PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) alias Bank Panin masih belum merilis laporan keuangannya secara lengkap namun Presiden Direktur PaninBank Herwidayatmo mengatakan secara individual bank (bank only) sampai dengan kuartal III-2020, PaninBank berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,33 triliun, meningkat 5,2% dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 2,21 triliun.

Secara umum sendiri sebagian besar perbankan besar sudah berhasil keluar dari titik nadirnya yang ditunjukkan dengan laba bersihnya yang berhasil merangkak naik secara QoQ sejak terperosok parah pada kuartal sebelumnya meski perlu diakui bahwa secara tahunan (YoY) perbankan besar ini masih terdampak pandemi cukup parah.

Rasio-rasio perbankan lain juga sudah berhasil tumbuh positif pada kuartal ketiga ini. Sementara itu harga saham sektor perbankan besar masih terkoreksi cukup parah melebihi koreksi perbankan lain secara umum.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular