
Tunggu Data Inflasi, Kurs Dolar Australia Turun ke Rp 10.415

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin (26/10/2020), jelang rilis data inflasi, salah satu indikator kesehatan ekonomi Negeri Kanguru.
Pada pukul 11:20 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.415,42, dolar Australia melemah 0,36% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Tidak seperti kebanyakan negara lainnya, Australia merilis data inflasi secara kuartalan.
Rabu (28/10/2020) akan dirilis data inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) kuartal III-2020, yang diperkirakan akan kembali positif. Pada periode April-Juni, IHK tumbuh negatif (deflasi) sebesar 1,9% quarter-on-quarter (QoQ), sementara IHK inti juga negatif 0,9%.
Inflasi merupakan salah satu acuan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) untuk menerapkan kebijakan moneter, semakin rendah inflasi atau bahkan jika terjadi deflasi maka peluang RBA untuk memangkas suku bunga semakin besar.
Sepanjang tahun ini RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 2 kali masing-masing 25 basis poin menjadi 0,25%.
Gubernur RBA, Philip Lowe, yang berbicara di acara konferensi investasi tahunan Citi Group Kamis (15/10/2020) lalu mengatakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendukung pasar tenaga kerja serta mengurangi tekanan dari penguatan dolar Australia.
Data terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran Australia naik menjadi 6,9% pada bulan September, dari bulan sebelumnya 6,8%.
"Ketika pandemi berada di titik terburuk dan diperparah dengan pembatasan aktivitas, kami melihat dampak dari pelonggaran moneter tidak terlalu besar," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au, Kamis (15/10/2020).
"Saat ekonomi mulai dibuka, akan masuk akan untuk memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendorong perekonomian berputar lebih cepat ketimbang sebelumnya," tambahnya.
Lowe juga mengatakan, suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.
Selasa pekan lalu, rilis notula rapat kebijakan moneter RBA yang dihelat 6 Oktober lalu menunjukkan jika suku bunga akan kembali di pangkas pada bulan November. Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga akan menggelontorkan miliaran dolar untuk memacu perekonomian.
Dalam notula tersebut, RBA melihat jika memangkas suku bunga saat ini akan memberikan dampak lebih besar ke perekonomian ketimbang saat pada bulan April dan Mei lalu.
Hasil survei Reuters menunjukkan RBA diprediksi akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% di bulan November.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
