
3 Hari Kurs Dolar Australia Perkasa, Masa Rupiah Selemah Itu?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (23/10/2020). Hingga hari ini Mata Uang Kanguru sudah menguat 3 hari beruntun, padahal sedang terbebani ekspektasi pemangkasan suku bunga pada bulan depan.
Melansir data Refinitiv, pagi ini dolar Australia menguat 0,51% ke Rp 10.472,9/AU$ di pasar spot. Kemarin dolar Australia sebenarnya tertekan nyaris sepanjang perdagangan sebelum berbalik menguat 0,22%. Dengan demikian, dalam 3 hari terakhir total penguatan yang dibukukan sebesar 1,44%. Tetapi persentase tersebut tentunya bisa berubah mengingat perdagangan hari ini masih berlangsung.
Sebelum menguat sejak Rabu lalu, dolar Australia berada di level terendah 3 bulan setelah merosot nyaris 3% sejak pekan lalu. Posisi tersebut tentunya memicu aksi short covering (menutup posisi jual) untuk menghasilkan cuan, apalagi melihat lawannya adalah rupiah, mata uang emerging market yang dianggap lebih berisiko saat kondisi perekonomian global dipenuhi ketidakpastian.
Stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) yang kemungkinan tidak akan cair di pekan ini memberikan tekanan bagi rupiah. Sebab sebelumnya ada harapan besar gelontoran stimulus jilid II dari pemerintah AS akan cair di pekan ini.
Stimulus tersebut diperlukan untuk membangkitkan perekonomian AS, semakin lama stimulus tersebut cair maka pemulihan ekonomi AS terancam mengendur, dan sentimen pelaku pasar memburuk yang berdampak negatif bagi rupiah.
Perundingan antara Nancy Pelosi, Ketua DPR (House of Representatif) Amerika Serikat (AS) dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin yang membahas stimulus tersebut masih berlangsung.
Pelosi memberikan sinyal adanya kemajuan perundingan stimulus fiskal kemarin.
"Jika tdak ada kemajuan, saya tidak akan menghabiskan detik sekalipun di dalam perundingan ini. Ini adalah usaha yang serius. Saya percaya kami semua ingin mencapai kesepakatan," kata Pelosi sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/10/2020).
Meski demikian Pelosi juga memberikan indikasi stimulus kemungkinan belum akan cair sebelum pemilihan presiden 3 November mendatang. Ia mengatakan butuh waktu untuk menyelesaikan dan menandatangani undang-undang stimulus fiskal, artinya harapan akan cairnya stimulus di pekan ini.
Selain itu, rupiah juga masih terbebani isu resesi, yang sudah pasti terjadi dan merupakan yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir. Hanya saja seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri yang dinanti pelaku pasar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.
Sementara itu dari Australia, data yang dirilis pagi tadi menunjukkan laju ekspansi sektor jasa meningkat. purchasing managers' index (PMI) jasa bulan Oktober dilaporkan sebesar 53,8, lebih tinggi dari sebelumnya 50,8%.
Namun PMI manufaktur justru menunjukkan penurunan menjadi 54,2 dari sebelumnya 55,4.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atasnya berarti ekspansi sementara di bawahnya artinya kontraksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
