
Kasian Dolar Australia, Ditekan Rupiah Sejak Pekan Lalu

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (22/10/2020). Mata uang Negeri Kanguru ini mulai tertekan melawan rupiah sejak pekan lalu, sebelum berhasil rebound Rabu kemarin.
Pagi ini dolar Australia melemah 0,39% di Rp 10.355/AU$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara kemarin berhasil menguat 0,7% akibat aksi short covering (menutup posisi jual) setelah sebelumnya merosot nyaris 3% sejak pekan lalu dan berada di level terendah 3 bulan.
Rupiah memang punya modal menguat sejak pekan lalu. Bank Indonesia (BI) yang memprediksi transaksi berjalan (current account) akan mencetak surplus di kuartal III-2020 menjadi sentimen positif bagi rupiah.
"Transaksi berjalan pada kuartal III-2020 diperkirakan akan mencatat surplus. Dipengaruhi oleh perbaikan ekspor dan penyesuaian impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum cukup kuat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usar Rapat Dewan Gubernur Periode September 2020, Selasa (13/10/2020).
Jika terwujud maka akan menjadi surplus pertama sejak kuartal IV-2011.
Dengan surplus transaksi berjalan, artinya pasokan devisa cukup besar yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat. Dengan surplus tersebut, BI juga punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah ketika terjadi gejolak.
Di sisi lain, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mengindikasikan akan memangkas suku bunga menjadi penekan dolar Australia sejak pekan lalu.
Gubernur RBA, Philip Lowe, yang berbicara di acara konferensi investasi tahunan Citi Group Kamis (15/10/2020) pekan lalu mengatakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendukung pasar tenaga kerja serta mengurangi tekanan dari penguatan dolar Australia.
Data terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran Australia naik menjadi 6,9% pada bulan September, dari bulan sebelumnya 6,8%.
"Ketika pandemi berada di titik terburuk dan diperparah dengan pembatasan aktivitas, kami melihat dampak dari pelonggaran moneter tidak terlalu besar," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au, Kamis (15/10/2020).
"Saat ekonomi mulai dibuka, akan masuk akan untuk memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendorong perekonomian berputar lebih cepat ketimbang sebelumnya," tambahnya.
Lowe juga mengatakan, suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.
Selasa (20/10/2020) lalu, rilis notula rapat kebijakan moneter RBA yang dihelat 6 Oktober lalu menunjukkan jika suku bunga akan kembali di pangkas pada bulan November. Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga akan menggelontorkan miliaran dolar untuk memacu perekonomian.
Dalam notula tersebut, RBA melihat jika memangkas suku bunga saat ini akan memberikan dampak lebih besar ke perekonomian ketimbang saat pada bulan April dan Mei lalu.
Hasil survei Reuters menunjukkan RBA diprediksi akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% di bulan November.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
