Cerita Wamen BUMN 'Bersih-bersih' Garuda Saat Covid-19

Monica Wareza, CNBC Indonesia
20 October 2020 16:18
Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat
Foto: Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat "bermasker" (Dok. Garuda Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan kendati pandemi Covid-19 memberikan dampak negatif terhadap kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), tapi momen ini justru dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi perusahaan dari beratnya utang.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan saat pandemi covid-19 dilakukan restrukturisasi besar-besaran di perusahaan penerbangan pelat merah ini. Mulai dari sisi keuangan hingga evaluasi ulang rute penerbangannya.

"Kita ambil kesempatan Covid-19 ini untuk merestrukturisasi Garuda secara menyeluruh karena Garuda kita tau punya penyakit masa lalu yaitu mahalnya mesin pesawat di masa lalu," kata Kartika dalam acara Capital Market Summit & Expo 2020 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (20/10/2020).

Untuk menyelesaikan beban ini, pria yang disapa Tiko ini menjelaskan, Garuda melakukan renegosiasi dengan lessor terkait dengan biaya yang selama ini menjadi beban perusahaan.

Selanjutnya, perusahaan juga melakukan restrukturisasi beban keuangan yang terus meningkat setiap tahunnya.

Selain itu, perusahaan juga melakukan review mengenai rute-rute penerbangan yang selama ini dinilai kurang menguntungkan.

Dengan upaya yang dilakukan semasa Covid-19 ini diharapkan pada 2021-2022 mendatang kondisi perusahaan ini bisa jauh lebih baik ketimbang dengan kondisinya sebelum pandemi terjadi.

"Jadi Covid ini tantangan dan peluang, ada yang terdampak dan harus diperbaiki namun juga membuka peluang baru untuk inovasi dan pertumbuhan ke depan," terangnya.

Sebelumnya, Garuda menyebutkan saat ini memiliki perjanjian sewa pesawat dengan 31 lessor. Namun demikian saat ini perusahaan tak bisa menyampaikan nilai sewa dalam perjanjian tersebut lantaran proses negosiasi masih berlangsung dengan masing-masing lessor serta memperhatikan prinsip kerahasiaan yang tertuang dalam perjanjian.

Negosiasi tersebut dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan terbaik untuk lessor maupun perusahaan terkait dengan perjanjian-perjanjian sewa pesawat dan penyelesaian atas kewajiban perusahaan terhadap lessor khususnya di masa pandemi ini.

Selain negosiasi dengan lessor, perusahaan juga melakukan program efisiensi biaya dengan tetap memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan dan pegawai serta layanan, dan mengadakan diskusi intensif dengan Pemerintah selaku pemegang saham perseroan guna memperoleh dukungan yang diperlukan.

Dari aspek operasional, perusahaan yang lebih dari 80% pendapatannya bergantung pada pendapatan dari penumpang itu telah melakukan upaya untuk mengoptimalkan frekuensi dan kapasitas penerbangan baik penerbangan domestik maupun internasional.

Hal ini wajar dilakukan lantaran saat ini cash flow atau arus kas di perusahaan hanya sebesar US$ 14,5 juta atau setara Rp 203 miliar (kurs Rp 14.000/US$).

Sementara itu, posisi pinjaman ke bank dan lembaga mencapai US$ 1,313 miliar atau sekitar Rp 18,38 triliun. Ada juga utang usaha dan pajak sebesar US$ 905 juta atau Rp 12,67 triliun.

Sebagai perbandingan, mengacu data laporan keuangan Maret 2020, kas dan setara kas Garuda mencapai US$ 163,32 juta atau setara Rp 2,29 triliun, turun dari Desember 2019 sebesar US$ 299,35 juta.

Total liabilitas atau kewajiban mencapai US$ 8,64 miliar atau Rp 121 triliun dari Desember 2019 yakni US$ 3,74 miliar.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jreng! Erick Thohir Ungkap Penyebab Garuda Berdarah-darah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular