
Merosot Lagi, Yang Pegang Dolar Australia Harap Hati-Hati!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah yang sedang lesu pada perdagangan Selasa (20/10/2020). Pergerakan tersebut menunjukkan ada risiko dolar Australia akan turun lebih dalam lagi.
Pada pukul 13:20 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.331,48, dolar Australia melemah 0,3% di pasar spot melansir data Refinitiv. Pagi tadi, Mata Uang Kanguru ini sempat turun 0,41% ke Rp 10.309,21 yang merupakan level terendah sejak 3 Agustus lalu.
Jika dilihat sejak pekan lalu, atau dalam 7 hari perdagangan, kurs dolar Australia sudah merosot nyaris 3%.
Peluang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Australia (Reserve Bank of Australi/RBA) yang semakin menguat terus menekan mata uangnya.
Rilis notula rapat kebijakan moneter RBA yang dihelat 6 Oktober lalu menunjukkan jika suku bunga akan kembali di pangkas pada bulan November. Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga akan menggelontorkan miliaran dolar untuk memacu perekonomian.
Dalam notula tersebut, RBA melihat jika memangkas suku bunga saat ini akan memberikan dampak lebih besar ke perekonomian ketimbang saat pada bulan April dan Mei lalu.
Hasil survei Reuters menunjukkan RBA diprediksi akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% di bulan November.
Gubernur RBA, Philip Lowe, yang berbicara di acara konferensi investasi tahunan Citi Group Kamis (15/10/2020) pekan lalu mengatakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendukung pasar tenaga kerja serta mengurangi tekanan dari penguatan dolar Australia.
Data terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran Australia naik menjadi 6,9% pada bulan September, dari bulan sebelumnya 6,8%.
"Ketika pandemi berada di titik terburuk dan diperparah dengan pembatasan aktivitas, kami melihat dampak dari pelonggaran moneter tidak terlalu besar," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au, Kamis (15/10/2020).
"Saat ekonomi mulai dibuka, akan masuk akan untuk memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendorong perekonomian berputar lebih cepat ketimbang sebelumnya," tambahnya.
Lowe juga mengatakan, suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.
Di sisi lain, rupiah sebenarnya sedang lesu, sebab sebab pelaku pasar masih menanti rilis data ekonomi Indonesia yang akan menunjukkan resesi untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir. Resesi sudah pasti, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.
Fakta dolar Australia tetap melemah melawan rupiah yang lesu menunjukkan ada risiko dolar Australia akan turun lebih dalam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
