Ada "Madu & Racun" di Pasar, Rupiah Berakhir Stagnan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 October 2020 16:23
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (19/10/2020), setelah sempat menguat saat pembukaan pasar pagi tadi. 

Kabar baik yang menjadi "madu" di pasar hari ini datang dari China yang menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi. Namun, pasar yang masih dipenuhi ketidakpastian jelang pemilihan presiden AS serta stimulus fiskal menjadi "racun" yang membuat rupiah tertekan. 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% di Rp 14.650/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah hingga pertengahan perdagangan. Rupiah setelahnya melemah hingga 0,44% ke Rp 14.735/US$, sebelum berada di level Rp 14.690/US$ atau melemah 0,14% pada pukul 12:00 WIB.

Meski tidak melemah, tetapi rupiah tetap menjadi mata uang terburuk ketiga di Asia. Hingga pukul 15:09 WIB hanya baht Thailand dan dolar Singapura yang lebih buruk dari rupiah dengan melemah tipis 0,06% dan 0,01%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Data pertumbuhan ekonomi China yang menunjukkan peningkatan membuat rupiah menguat di awal perdagangan. Pagi tadi Biro Statistik Nasional China mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 sebesar 4,9% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Pertumbuhan tersebut masih di bawah ekspekstasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan 5,2%, tetapi sudah cukup menunjukkan pemulihan ekonomi V-Shape saat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berhasil dihentikan.

Pemulihan ekonomi V-shape artinya setelah merosot tajam, perekonomian langsung bisa bangkit dengan cepat. Pada kuartal II-2020 lalu, ekonomi China tumbuh 3,2% YoY setelah berkontraksi (pertumbuhan negatif) 6,8% YoY di kuartal I-2020.

Meski sedang ada kabar bagus, tetapi investor masih berhati-hati masuk ke nagara emerging market seperti Indonesia, sebab pasar masih dipenuhi ketidakpastian jelang pemilihan presiden AS yang mempertemukan petahana dari Partai Republik Presiden Donald Trump, dengan Joseph 'Joe' Biden, calon presiden dari Partai Demokrat yang juga mantan wakil presiden periode 2009-2017.

Pekan ini akan dilangsungkan debat calon presiden (capres) babak terakhir. Ada enam topik yang akan dibahas yaitu perang melawan pandemi virus corona, keluarga, ras, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.

Sejauh ini, jajak pendapat yang digelar Reuters/Ipsos masih mengunggulkan sang pesaing Joe Biden untuk memenangi pilpres yang akan berlangsung pada 3 November mendatang. Dalam polling 13 Oktober, Biden memperoleh suara 43,1% sementara Trump 37,2%.

"Pasar akan terus memantau perkembangan polling untuk melihat apakah ada pergeseran suara. Meski biasanya debat tidak terlalu berdampak terhadap pembentukan opini publik," sebut riset Barclays.

Kabar buruknya, stimulus fiskal di AS sepertinya tidak akan cair sebelum pilpres selesai. Hal ini tentunya membenani sentimen pelaku pasar yang selama ini menanti tambahan stimulus. Selain itu, pemulihan ekonomi Paman Sam juga akan melambat tanpa adanya stimulus fiskal.

"Lupakan stimulus fiskal, tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Pasar sudah berekspektasi stimulus baru bisa diterapkan pada 2021," tegas Chris Weston, Head of Research Pepperstone yang berbasis di Melbourne, seperti dikutip dari Reuters.

Rupiah juga mengalami tekanan sebab pelaku pasar masih menanti rilis data ekonomi Indonesia yang akan menunjukkan resesi untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir. Resesi sudah pasti, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular