Terima Kasih, China! Rupiah yang Lesu Kini Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 October 2020 10:37
Ilustrasi Yuan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Yuan dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah yang sempat melemah kini juga menguat di perdagangan pasar spot.

Pada Senin (19/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.741. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Di pasar spot, rupiah pun hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.60 di mana rupiah menguat 0,14%.

Sebelumnya, rupiah sempat melemah dan dolar AS mendekati Rp 14.700. Namun itu tidak lama, karena ada rilis data ekonomi terbaru yang membuat rupiah perkasa.

Biro Statistik Nasional China mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 sebesar 4,9% secara tahunan (year-on-year/YoY). Memang di bawah ekspekstasi pasar yang memperkirakan di angka 5,2%, tetapi 4,9% adalah angka yang luar biasa di tengah lautan resesi yang melanda banyak negara.

Ekonomi China juga sudah kembali positif. Kontraksi (pertumbuhan negatif) 6,8% pada kuartal I dibayar lunas dengan pertumbuhan pada kuartal III dan III masing-masing 3,2% dan 4,9%.

Perlahan tetapi pasti, China juga mulai menuju level pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yaitu di kisaran 6%. Bahkan tahun depan pertumbuhan ekonomi China diperkirakan semakin 'menggila'.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan PDB China pada 2021 akan tumbuh 8,2%. Sementara proyeksi dari Bank Pembangunan Asia (ADB) ada di 7,7%, Bank Dunia 7,9%, dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) 8%.

Pemulihan ekonomi China akan berdampak positif bagi Indonesia. Pasalnya, China adalah negara tujuan ekspor utama.

Sepanjang Januari-September 2020, nilai ekspor non-migas Indonesia ke Negeri Panda adalah US$ 20,44 miliar. Angka ini mencerminkan pangsa 18,37% dari total ekspor non-migas.

Saat ekonomi China tumbuh, maka permintaan akan meningkat sehingga ekspor Indonesia akan terus membaik. Pada September 2020, ekspor Indonesia memang masih terkontraksi tetapi tinggal 0,51% YoY. Bukan tidak mungkin ekspor akan tumbuh positif seiring peningkatan permintaan dari China.

Peningkatan ekspor berarti pasokan devisa juga akan membaik. Indonesia tidak lagi terlalu tergantung terhadap investasi portofolio di sektor keuangan (hot money) sehingga fundamental rupiah akan lebih kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular