
Saham Bank BUKU II To The Moon! Bikin Tajir Mendadak

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham bank-bank BUKU II terbang dan menjadi pemimpin top gainers minggu ini. Dari lima saham dengan return sepekan lebih dari 45%, empat di antaranya merupakan saham bank-bank yang masuk ke dalam kategori BUKU II.
Empat saham bank yang melesat tinggi tersebut adalah saham Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), Bank Victoria International Tbk (BVIC), Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) dan Bank Yudha Bakti (BBYB).
Apabila Anda adalah seorang spekulan dan memilih membeli saham bank-bank tersebut pekan lalu, return yang Anda hasilkan dalam sepekan bahkan hampir dua kali lipat dari modal Anda.
Jawara cuan di pasar modal Tanah Air minggu ini jatuh ke BKSW dengan kenaikan harga yang sangat fantastis. Harga penutupan saham BKSW pada Jumat (9/10/2020) adalah Rp 72/unit. Pada penutupan pasar kemarin harga sahamnya sudah melonjak 84,7% ke Rp 133/unit.
BKSW bukanlah saham yang likuid ditransaksikan. Setelah anjlok dalam dan menyentuh dasar (bottom) di bulan April akibat pandemi Covid-19, saham BKSW cenderung flat.
BKSW baru bangun dari tidur panjangnya pada 13 Oktober lalu ketika ada kenaikan volume transaksi yang signifikan. Setelah itu saham BKSW terus melesat dan sempat menyentuh level Rp 160/unit pada 15 Oktober sebelum akhirnya ditutup di harga Rp 133/unit kemarin.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan perusahaan bulan Agustus, total aset BKSW tercatat sebesar Rp 20,6 trilun.
Di posisi kedua ada Bank Victoria International Tbk (BVIC) yang total asetnya mencapai Rp 22,09 triliun sampai bulan Agustus. Harga saham BVIC meroket 63,5% dalam seminggu terakhir.
Sama halnya dengan saham BKSW yang sempat tertidur, saham BVIC juga baru mengalami kenaikan volume transaksi perdagangan pekan ini.
Ketiga ada Bank BRI Syariah (BRIS) yang menjadi sorotan publik pasar modal belakangan ini. Aksi korporasi berupa merger dengan bank syariah anak usaha BUMN lain yaitu BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri membuat harganya terbang 63,2%.
Di akhir sesi II perdagangan kemarin, harga saham BRIS ditutup di Rp 1.395/unit. Meski menguat lebih dari 60%, tetapi saham BRIS telah terbang sejak awal Juli lalu ketika harga per unitnya masih di kisaran Rp 300/unit.
Jika menggunakan patokan harga BRIS pada 3 Juli 2020 di Rp 318/unit sampai dengan perdagangan terakhir pekan ini, harga saham BRIS telah meroket dan menghasilkan capital gain sebesar 339%. Per Agustus 2020, total aset BRIS sebelum merger tercatat mencapai Rp 51,8 triliun.
Terakhir, ada Bank Yudha Bhakti yang per September lalu resmi berganti nama menjadi Bank Neo Commerce dengan kode emiten BBYB. Harga saham bank dengan total aset per Agustus sebesar Rp 4,35 triliun itu melesat 46% dalam sepekan.
BBYB sebelumnya adalah bank BUKU I yang kemudian berhasil memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 1 triliun setelah melakukan right issue dan kini telah resmi menyandang status sebagai bank BUKU II.
Perusahaan yang tadinya fokus pada segmen pensiunan kini mulai mengembangkan sayapnya untuk menyasar segmen milennial dengan melakukan serangkaian agenda transformasi digital melalui pengembangan mobile banking salah satunya.
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rugi Bersih Bank QNB Indonesia Membengkak Jadi Rp 1,57 T