Covid-19 Mengganas di Eropa Bikin Harga Minyak Dunia Ambles

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 October 2020 11:43
Two persons pass the logo of the Organization of the Petroleoum Exporting Countries (OPEC) in front of OPEC's headquarters in Vienna, Austria June 19, 2018.   REUTERS/Leonhard Foeger
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan melemah nyaris 1% pagi ini, Jumat (16/10/2020). Pasar kini menunggu sinyal kebijakan produksi minyak selanjutnya dari Organisasi Negara Eksportir Minyak dan Aliansinya (OPEC+).

Pada 09.40 WIB harga minyak berjangka acuan internasional Brent turun 0,88% ke US$ 42,78/barel dan untuk acuan Negeri Paman Sam yaitu West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 0,78% ke US$ 40,64/barel. 

Pelemahan harga minyak terjadi seiring dengan terus melonjaknya kasus infeksi baru Covid-19 di banyak negara terutama Benua Biru. Eropa kini mengalami serangan gelombang kedua Covid-19 dan sangat kewalahan menanganinya.

Secara global kasus infeksi Covid-19 secara kumulatif sudah mencapai 38,8 juta orang dan hampir 1,1 juta orang terenggut nyawanya akibat terinfeksi patogen ganas yang awalnya merebak di China itu.

Adanya pasokan tambahan dari Libya di tengah pembatasan sosial yang mulai digalakkan kembali di banyak negara membuat OPEC+ khawatir harga minyak akan tertekan lebih jauh karena fenomena oversupply terus terjadi. 

Apalagi tahun 2020 tinggal kurang dari tiga bulan lagi. Jika mengacu pada rencana sebelumnya, OPEC+ akan menurunkan pemangkasan produksi dari 7,7 juta barel per hari (bpd) menjadi 2 juta bpd mulai Januari. 

Jika hal tersebut dilakukan di saat pandemi Covid-19 masih terus merebak, maka akan ada banjir pasokan yang semakin menekan harga minyak. Hal ini berpotensi menekan OPEC+ untuk mempertahankan pemangkasan produksinya di level sekarang.

Pasar pun terus menanti sinyal dari para kartel tersebut. Rencananya grup produsen minyak terbesar global itu akan menggelar pertemuan pada 30 November - 1 Desember nanti untuk menentukan kebijakan selanjutnya. 

"Semua mata tertuju pada kebijakan yang akan diambil OPEC+ mulai Januari," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum riset di Nissan Securities, mengutip Reuters.

"Namun, kembali melonjaknya infeksi virus corona di Eropa dan beberapa bagian di Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran atas permintaan bahan bakar yang lebih lemah, membebani sentimen pasar," lanjut Kikukawa.

Di Eropa, beberapa negara memberlakukan kembali jam malam dan penguncian untuk menekan lonjakan kasus virus corona baru. Di Inggris, London mulai memberlakukan pembatasan mobilitas sosial yang lebih ketat pada hari Jumat. 

Kasus pandemi telah melonjak di AS Midwest dan sekitarnya, dengan tingkat infeksi baru dan rawat inap terus meningkat dan mencetak rekor. Kondisi ini semakin mencemaskan seiring dengan periode musim dingin di akhir tahun. 

"Dengan ketidakpastian atas kebijakan OPEC+ ke depan dan pemilihan presiden AS, harga minyak kemungkinan akan tetap dalam kisaran ketat untuk sementara waktu," pungkas Kikukawa.

Data resmi stok minyak AS versi pemerintah (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah dan distilat AS pekan lalu anjlok masing-masing 3,8 juta barel dan 7,2 juta barel, jauh melebihi konsensus pasar yang memperkirakan hanya turun sebanyak 2,8 juta barel dan 2 juta barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular