
Awas IHSG Lanjut Ambrol! Investor Belum Puas Profit Taking

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya melemah pada perdagangan Kamis (15/10/2020) setelah mencatat penguatan dalam 8 hari beruntun.
Tidak sekadar melemah, IHSG ambrol 1,37% ke 5.105,15 kemarin. Maklum saja total penguatan dalam 8 hari sebelumnya sebesar 5,06%, sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking).
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 25 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,7 triliun.
Sentimen pelaku pasar global yang sedang memburuk akibat kemungkinan tidak cairnya stimulus fiskal di AS dalam waktu dekat menjadi pemicu aksi ambil untung.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan sepertinya kesepakatan paket stimulus sulit untuk diwujudkan sebelum pemilihan presiden (pilpres) yang akan dihelat awal November mendatang.
"Untuk saat ini saya bisa bilang menyepakati sesuatu sebelum pilpres dan melaksanakannya akan sulit. Namun kami akan terus mencoba untuk mengatasi masalah ini," kata Mnuchin dalam acara Milken Institute Global Conference di Washington, seperti dikutip dari Reuters.
Buntunya perundingan stimulus fiskal membuat bursa saham AS (Wall Street) melemah dalam 3 hari beruntun Kamis kemarin, yang akan menjadi sentimen negatif ke bursa Asia termasuk ke IHSG hari ini, Jumat (16/10/2020). Sehingga risiko berlanjutnya aksi profit taking cukup besar.
Secara teknikal, indikator Stochastic pada grafik harian dan 1 jam yang berada di wilayah jenuh beli (overbought) kemarin menjadi pemicu koreksi IHSG hingga nyaris mencapai target ke 5.100.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik harian kini masih berada di wilayah overbought, sementara pada grafik 1 jam bergerak turun tetapi belum mencapai oversold, sehingga masih ada risiko berlanjutnya koreksi.
IHSG kini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang ditunjukkan dengan garis hijau. MA 50 berada di kisaran 5.115 hingga 5.120 selama tertahan di bawahnya, IHSG berisiko melemah menuju 5.065.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara jika berhasil kembali ke atas 5.120, IHSG berpeluang menguat kembali menuju kisaran 5.163 yang menjadi resisten kuat sebab merupakan Fibonnaci Retracement 50%.
Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah