
Pasar Futures Merah, Wall Street Berpeluang Lanjutkan Koreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (15/10/2020) bergerak melemah, berpeluang melanjutkan koreksi Wall Street untuk hari ketiga pada pekan ini.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average melemah 280 poin atau -1%. Kontrak serupa indeks S&P 500 turun 1% sedangkan indeks Nasdaq terhempas 1,5% mengikuti anjloknya saham-saham sektor teknologi di sesi prapembukaan.
Investor mengikuti arah kabar seputar prospek kesepakatan stimulus AS. Menteri Keuangan Steven Mnuchin pada Rabu mengatakan bahwa kesepakatan stimulus corona sulit dicapai sebelum pilpres pada 3 November.
Pasalnya, kubu Demokrat dan Republik masih terbelah mengenai beberapa hal penting di dalamnya. Sebelumnya, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan bahwa paket proposal yang diajukan Gedung Putih "secara signifikan tak mencukupi" kebutuhan yang ada.
Keprihatinan seputar corona memperberat sentimen pasar menyusul peningkatan jumlah kasus infeksi di Eropa. Jumlah kasus baru di Prancis mencapai 22.591 dalam 24 jam terakhir, melampaui angka sehari sebelumnya sebanyak 10.000 kasus.
Pemerintah Prancis pun mengumumkan status darurat kesehatan pada Rabu setelah jumlah pasien Covid melampaui angka 9.100, sebagaimana dilaporkan Reuters. Status tersebut memungkinkan pejabat setempat mengambil kebijakan ekstra untuk menangani Covid-19.
Inggris juga menjajaki peluang melakukan karantina wilayah (lockdown) tingkat nasional untuk kedua kalinya. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa warga usia muda kemungkinan tidak akan mendapatkan vaksin hingga tahun 2022.
Pada perkembangan lain, desakan untuk membatasi kekuasaan raksasa teknologi AS di Eropa kian menguat. Financial Times memberitakan bahwa Prancis dan Belanda mendorong proposal ke Uni Eropa untuk mengenakan aturan memecah bisnis para titan teknologi tersebut. Saham Apple dan Alphabet (induk usaha Google) kompak anjlok 2% di sesi prapembukaan
Rilis kinerja keuangan kuartal III-2020 masih berlanjut di AS. Morgan Stanley melaporkan laba bersih US$ 1,66 per saham, lebih baik dari perkiraan pasar dalam polling Refinitiv sebesar US$ 1,28 per unit.
"Volatilitas pasar bakal berlanjut beberapa pekan ke depan karena investor bersiap menghadapi ketakpastian-kapan vaksin tersedia (setelah kemunduran Johnson & Johnson), besaran dan kapan stimulus AS keluar, dan hasil pemilihan presiden," tutur Mark Haefele, Kepala Divisi Investasi UBS sebagaimana dikutip CNBC International.
Pelaku pasar juga bakal memantau angka klaim pengangguran mingguan dan data harga ekspor-impor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?