
2 Hari Mentok Rp 14.680/US$, Rupiah Bisa Menguat Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah tidak melemah, tidak juga menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin. Dengan demikian dalam 2 hari terakhir rupiah berakhir stagnan di Rp 14.680/US$.
Rupiah mendapat tekanan hari ini setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam Global Economic Outlook edisi Oktober, IMF kini memperkirakan ekonomi dunia pada 2020 mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 4,4%. Membaik dibandingkan proyeksi yang dirilis pada April lalu yaitu -4,9%.
Tetapi kabar buruknya Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat/AS) itu malah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada Juni lalu, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,3% pada tahun ini. Dalam laporan Oktober, proyeksinya memburuk menjadi kontraksi 1,5%.
"Hampir seluruh negara berkembang diperkirakan mencatat kontraksi ekonomi tahun ini. Sementara negara seperti India dan Indonesia tengah berjuang untuk membuat pandemi lebih terkendali," tulis laporan IMF.
Rupiah masih bisa selamat dari pelemahan akibat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus, terlihat dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 8 hari beruntun.
Di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun juga mengalami penurunan, artinya harganya sedang naik, yang menjadi indikasi aksi beli.
Pergerakan IHSG dan SBN akan mempengaruhi rupiah pada hari ini, sebab dari eksternal kondisi masih kurang mendukung.,
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah berakhir stagnan 2 hari terakhir. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di bawah US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan.
Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Level tersebut diperkuat dengan rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA50) yang digambarkan dengan garis hijau, berada di kisaran Rp 14.730/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang terus menguat, tetapi jika balik lagi di atas level kunci, Mata Uang Garuda akan kembali melemah.
Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang belum masuk wilayah jenuh jual memberikan ruang penguatan bagi rupiah.
Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi setelah munculnya pola Double Top sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline Rp 14.640/US$.
Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.700/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke level kunci Rp 14.730/US$. Rupiah akan merana pada hari ini seandainya level tersebut juga dilewati.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
