Analisis Teknikal
Melesat 8 Hari Beruntun, IHSG Sedikit Lagi Alami Deja Vu

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan reli pada perdagangan Rabu kemarin (14/10) setelah menguat 0,85% ke 5.176,009.
Dengan penguatan tersebut IHSG sukses mencatat penguatan 8 hari beruntun, menjadi reli terpanjang dalam 1 tahun terakhir. Selama periode tersebut bursa kebanggaan Tanah Air ini membukukan penguatan 5,06%.
Persis di bulan Oktober tahun lalu, IHSG juga mencatat reli panjang, 10 hari beruntun, pada periode 11-24 Oktober, dengan total persentase penguatan 5,25%. IHSG akan mengalami deja vu (fenomena merasakan sensasi melesat kembali), jika kembali menguat hari ini, Kamis (15/10/2020), dan Jumat besok.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi berjalan atau current account pada kuartal III-2020 bisa mencatatkan surplus. Jika terwujud maka akan menjadi surplus pertama sejak 2011.
"Transaksi berjalan pada kuartal III-2020 diperkirakan akan mencatat surplus. Dipengaruhi oleh perbaikan ekspor dan penyesuaian impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum cukup kuat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usar Rapat Dewan Gubernur Periode September 2020, Selasa (13/10/2020).
Dengan surplus transaksi berjalan, artinya pasokan devisa cukup besar dan BI punya lebih banyak amunisi menstabilkan rupiah. Stabilitas rupiah membuat investor menjadi lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri.
Alhasil, sentimen pelaku pasar pun membaik. Selain itu kabar merger 3 bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), juga mendongkrak sentimen pelaku pasar.
Kabar bagus lainnya datang dari Kementerian BUMN yang menyebut dua produsen baterai electric vehicle (EV) terbesar dunia saat ini tengah berminat untuk bergabung dalam rencana hilirisasi nikel Indonesia melalui pembangunan pabrik baterai EV.
Proyek pabrik baterai kendaraan listrik ini diperkirakan akan bernilai sebesar US$ 20 miliar (Rp 296 triliun, asumsi kurs Rp 14.800/US$).
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan dua perusahaan tersebut adalah Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
Sementara itu dari eksternal, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang kembali melemah tentunya akan mengirim sentimen negatif.
Investor di bursa saham New York kecewa dengan perkembangan terbaru pembahasan stimulus fiskal di Negeri Adidaya.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan sepertinya kesepakatan paket stimulus sulit untuk diwujudkan sebelum pemilihan presiden (pilpres) yang akan dihelat awal November mendatang.
Secara teknikal, IHSG berhasil menembus cukup jauh ke atas level 5.163 yang menjadi resisten kuat sebab merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
Dengan penembusan di atas level tersebut, IHSG punya momentum untuk kembali menajak.
Indikator stochastic pada grafik harian sudah memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sementara itu, indikator Stochastic grafik 1 jam juga berada di wilayah overbought, sehingga ada risiko terjadinya koreksi.
![]() Foto: Refinitiv |
Resisten terdekat dan kuat kini berada di 5.200, pada grafik harian level tersebut berada di kisaran rerata pergerakan 200 hari (Moving Average/MA 200). Jika mampu ditembus, IHSG berpeluang melesat tinggi.
Sementara itu selama tertahan di bawah resisten tersebut IHSG berisiko mengalami koreksi mengingat indikator stochastic yang overbought di grafik harian dan 1 jam.
Penembusan di bawah level tersebut akan membawa IHSG turun ke kisaran 5.163 akan membawa IHSG turun ke 5.120 hingga 5.100.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
(pap/pap)