Singapura 9 Bulan Resesi, Dolarnya Tetap Perkasa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 October 2020 13:03
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

ihsJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (14/10/2020), saat data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Negeri Merlion masih berkontraksi di kuartal III-2020.

Pada pukul 11:05 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.816,78, dolar Singapura menguat 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura hari ini melaporkan PDB kuartal III-2020 sebesar -7% year-on-year (YoY). Meski masih berkontraksi, tetapi lebih baik dari kuartal sebelumnya -13,3% YoY. Di kuartal I lalu, PDB juga mengalami kontraksi, -0,3% YoY, sehingga Singapura resmi memasuki resesi sejak kuartal II lalu.

Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi jika PDB mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara YoY.

Sehingga, Singapura kini sudah mengalami resesi selama 9 bulan. Kabar baiknya, menurut National Bureu of Economic Research (NBER), lembaga swasta non-profit di AS, rata-rata lamanya waktu resesi adalah 11 bulan, artinya ada peluang Singapura akan sebentar lagi akan bangkit.

Tetapi patut digarisbawahi, resesi kali ini tidak seperti sebelummnya yang disebabkan oleh pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Jadi, pemulihan ekonomi akan sangat tergantung dari kesuksesan meredam penyebaran Covid-19.

International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terbarunya memprediksi PDB Singapura sepanjang 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 6%, tetapi akan tumbuh 5% di tahun depan.

Sementara itu sentimen positif datang dari Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mempertahankan kebijakan moneternya.

Untuk diketahui di Singapura, tidak ada suku bunga acuan. Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Sepanjang tahun ini MAS sudah 2 kali melakukan pelonggaran moneter dengan menurunkan titik tengah dolar Singapura.

"Karena inflasi masih rendah, penilaian MAS menunjukkan kebijakan moneter akomodatif masih tepat untuk beberapa waktu ke depan," tulis MAS sebagaimana dikutip Business Times, Rabu (14/10/2020).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular