
Transaksi Berjalan RI Surplus, Kok Rupiah Terlemah di Asia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah kesulitan meladeni dolar AS di perdagangan pasar spot.
Hari ini, Selasa (14/10/2010), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.780. Rupiah menguat 0,09% dibandingkan posisi kemarin.
Rupiah pun merah di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.700 di mana rupiah melemah 0,14%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih bisa menguat tipis 0,07%. Namun itu tidak lama, dalam hitungan menit mata uang Ibu Pertiwi langsung masuk jalur merah.
Rupiah tidak sekadar melemah, tetapi jadi yang terlemah di Asia. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:
Semestinya ada sentimen positif yang menaungi rupiah. Kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan transaksi berjalan (current account) pada kuartal III-2020 bisa mencatat surplus. Ini akan menjadi yang pertama dalam sembilan tahun terakhir.
Transaksi berjalan mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini lebih berjangka panjang, tidak mudah keluar-masuk seperti investasi portofolio di sektor keuangan. Dengan pasokan valas yang mumpuni, seharusnya menjadi pijakan bagi rupiah untuk menanjak.
Namun sekarang situasinya berbeda. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat ekonomi mati suri, masuk jurang resesi. Kelesuan ekonomi membuat impor turun drastis, sampai-sampai membuat transaksi berjalan surplus.
Penurunan impor bagi Indonesia adalah kabar buruk. Sebab lebih dari 90% impor Indonesia berupa bahan baku/penolong dan barang modal yang digunakan untuk proses produksi industri dalam negeri.
Saat impor turun, berarti proses produksi mampet. Oleh karena itu, surplus transaksi berjalan kali ini sulit untuk disyukuri. Sebab surplus itu malah semakin menegaskan bahwa ekonomi Indonesia tengah terjebak di 'lumpur' resesi. Sentimen ini pun gagal untuk mendongrak rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
