Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun kini merah di perdagangan pasar spot.
Hari ini, Senin (12/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.746. Rupiah melemah 0,06% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Rupiah yang sempat dibuka menguat sekarang lesu di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.690 di mana rupiah melemah 0,1%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,17%. Namun itu tidak bertahan lama, apresiasi rupiah semakin tergerus dan kini sudah negatif.
Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga kesulitan meladeni keperkasaan dolar AS. Hanya yen Jepang yang masih bisa menguat. Apresiasi yen adalah pertanda bahwa pelaku pasar sedang bermain aman mengingat status mata uang Negeri Matahari Terbit sebagai safe haven.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:
Investor cemas akan perkembangan pembahasan stimulus fiskal di AS. Pemerintahan Presiden Donald Trump telah mengajukan proposal paket stimulus baru senilai US$ 1,8 triliun.
Namun Kongres sepertinya aan sulit memberi restu. Di sisi kubu oposisi Partai Demokrat, nilai stimulus tersebut terlalu kecil. Demokrat mengusulkan paket stimulus bernilai US$ 2,2 triliun.
Sedangkan di kubu pendukung pemerintah yaitu Partai Republik, paket stimulus US$ 1,8 triliun malah dianggap terlalu besar. Saat ini utang pemerintah AS sudah sangat membengkak, tambahan stimulus sebesar itu membuat beban utang semakin berat.
Ketidakpastian soal stimulus fiskal di Negeri Paman Sam bisa menjadi sentimen negatif di pasar keuangan global. Investor yang awalnya yakin ekonomi AS bakal pulih dengan sokongan stimulus fiskal kini memilih wait and see dan bermain aman.
Faktor kedua adalah data ekonomi terbaru di Asia yang kurang mendukung, khususnya di Jepang. Penyaluran kredit perbankan di Negeri Sakura pada September 2020 tumbuh 6,4% dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 6,7% YoY.
Kemudian inflasi produsen Jepang pada September 2020 adalah -0,8% YoY. Lebih dalam dibandingkan Agustus 2020 yakni -0,6% YoY.
"Ekonomi dunia masih terluka akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membuat kecepatan pemulihan menjadi lambat. Ini membebani inflasi Jepang," sebut keterangan pejabat Bank Sentral Jepang (BoJ), seperti dikutip dari Reuters.
Prospek ekonomi yang suram membuat investor cemas dan memasang mode risk-on (hati-hati terhadap risiko). Akibatnya, arus modal yang mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia jadi seret, termasuk ke Indonesia yang membuat rupiah terlempar ke zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA