
Dolar AS Memang Bonyok, Tapi Apakah Rupiah Perkasa di Asia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat sepanjang pekan ini.
Minggu ini, rupiah menguat 1,75% terhadap greenback secara point-to-point di perdagangan pasar spot.
Namun apakah rupiah menang dengan mata uang Asia-Pasifik lainnya, atau malah kalah?.
Berdasarkan tabel di atas, rupiah masuk kategori terbaik di Asia. Terlihat, rupiah menang atas 5 negara. Mayoritas, rupiah menang di kawasan Asia Tenggara, kecuali dengan Thailand yang masih kalah.
Sedangkan dengan mata uang besar Asia, yakni yen Jepang dan yuan China, masing-masing berbeda. Rupiah dengan yen Jepang menguat, namun tidak dengan yuan yang melemah. Sedangkan dengan dolar Australia, rupiah cenderung stabil atau sama-sama kuat.
Rupiah sepanjang pekan ini memang bergeliat berkat beberapa katalis (sentimen) positif yang hadir di dalam negeri maupun global.
Untuk dalam negeri sendiri, pascapengesahan Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker), rupiah semakin perkasa jika dibandingkan dengan dolar AS, maupun dengan mata uang sesama Asia Tenggara.
Walaupun UU Ciptaker ini menuai kontra dari kalangan buruh dan mahasiswa yang ditandai rangkaian aksi demo, namun tidak membuat rupiah berbalik arah, malah terus mencatatkan reli.
Selain itu, data cadangan devisa (cadev) Indonesia susut nyaris US$ 2 miliar pada September tidak cukup untuk menghentikan reli tersebut. Ketika cadev diumumkan pada Kamis, rupiah masih mampu menguat meski tipis yakni sebesar 0,03%.
Dari AS, greenback sedang menjadi bulan-bulanan investor global yang tengah mengantisipasi kemajuan pembicaraan stimulus yang mengindikasikan bahwa bakal ada dana segar miliaran dolar AS yang diguyur ke sektor riil.
Drew Hammill, Wakil Kepala Staf Nancy Pelosi, mengirim cuitan di akun Twitter-nya, menyebutkan bahwa Ketua DPR dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah berbicara selama 40 menit, dengan berfokus menentukan apakah ada prospek kesepakatan soal stimulus.
Kabar itu mengafirmasi arah positif pembicaraan, sebagaimana yang dikatakan Presiden AS Donald Trump dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis pagi. Dia mengatakan bahwa pihaknya dan Partai Demokrat telah memulai kembali "pembicaraan yang sangat produktif."
Bersamaan dengan pembelian obligasi oleh bank sentral AS di pasar primer dan sekunder, pasar akan kebanjiran likuiditas yang bakal membuat mata uang Negara Adidaya tersebut tertekan. Investor AS pun memutar dana tersebut ke pasar modal negara lain termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nyali Jokowi Diacungi Jempol Investor, Rupiah Kuat Jadi Bukti
