
Goldman Sachs: Asia Pimpin Pemulihan Ekonomi Global

Jakarta, CNBC Indonesia - Asia disebut berada pada posisi terbaik untuk pemulihan ekonomi. Sebagian besar negara di kawasan ini berhasil menahan virus corona (Covid-19) jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
"Kami pikir Asia benar-benar berada pada posisi terbaik dari kawasan utama saat ini, hanya dengan kontrol yang baik dari virus di sebagian besar kawasan, di luar India dan beberapa bagian Asia Tenggara," kata Andrew Tilton, kepala ekonom Asia di Goldman Sachs, dalam acara Street Signs Asia CNBC International pada Senin (5/10/2020)..
Meskipun belanja konsumen China berjalan "lebih lamban" karena langkah stimulus tidak diarahkan pada penggantian pendapatan, berbeda dengan AS. "Saya pikir mengingat kontrol yang baik dari penularan virus domestik di China, kami melihat aktivitas layanan kembali ke sana," kata Tilton.
Aturan penguncian (lockdown) global yang dipicu oleh wabah virus corona menghantam ekonomi dunia dengan sangat keras. Tetapi, kata dia, sekarang ada "momentum yang masuk akal" secara global.
Indeks manajer pembelian yang belum lama ini- sebagian besar- lebih baik dibandingkan dengan bulan lalu menunjukkan bahwa momentum di sektor industri tetap baik. "Kami masih cukup optimis dengan pemulihan memasuki tahun 2021," imbunya.
Selain itu, Tilton menambahkan bahwa jika calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden memenangkan pemilihan, hal ini akan mempengaruhi tarif dan kebijakan perdagangan Washington.
"Kami pikir hasilnya sangat penting bagi Asia dan untuk aktivitas global secara luas," ujarnya, menambahkan langkah stimulus baru dari Washington akan baik untuk Asia. "Stimulus fiskal di AS akan memiliki efek spillover yang positif dalam hal pertumbuhan ke Asia," katanya.
"Jika Anda mendapat lebih banyak stimulus fiskal, itu mungkin akan lebih baik untuk ekonomi yang lebih berorientasi ekspor."
"(Ini) mungkin kurang baik untuk ekonomi yang secara tradisional mengalami defisit akun saat ini, dan lebih bergantung pada pinjaman luar negeri karena dalam skenario itu, Anda mungkin melihat suku bunga AS dan global naik agak lebih tinggi."
Namun, hal tersebut itu tidak mungkin terjadi sebelum pemilihan presiden pada November mendatang, karena anggota parlemen AS tidak dapat mencapai kesepakatan tentang berapa banyak bantuan yang harus diberikan.
"Jika kita memiliki apa yang disebut gelombang biru, yaitu kemenangan Biden dan kontrol Demokrat yang bersatu, kami pikir prospek dalam skenario itu untuk stimulus fiskal yang sangat besar mungkin lebih besar," papar Tilton.
DPR yang dikuasai Demokrat menyetujui proposal stimulus US$ 2,2 triliun minggu lalu, tetapi RUU itu tidak mungkin disahkan oleh Senat yang dikendalikan Republik. Menteri Keuangan Steven Mnuchin menawarkan rencana US$ 1,6 triliun sebagai tanggapan stimulus tersebut.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pagi Ini Loyo, Harga Emas Diyakini Bisa Tembus US$ 2.300/oz