
Trump Membaik, Bursa Eropa Ikutan Lega di Trading Sesi Awal

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa menguat pada sesi awal perdagangan Senin (5/10/2020), menyusul kabar membaiknya kondisi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang divonis mengidap virus Covid-19.
Indeks Stoxx 600, yang berisi 600 saham unggulan di Eropa, menguat 0,6% pada pembukaan, dengan indeks saham sektor minya-gas memimpin reli bersama indeks sektor bank dan otomotif, yang semuanya naik lebih dari 1,6%. Seluruh indeks sektoral kompak menghijau.
Setengah jam kemudian, reli Stoxx 600 tetap sebesar 2,3 poin (+0,6%) ke 365. Indeks DAX Jerman menguat 70,1 poin (+0,6%) ke 12.759,11 dan CAC Prancis tumbuh 30 poin (+0,6%) ke 4.854,85. Di sisi lain, indeks FTSE Inggris naik 40,2 poin (+0,7%) ke 5.942,34.
Dengan perkembangan tersebut, bursa saham Benua Biru berpeluang mengekor tren reli di bursa saham kawasan Benua Kuning. Sejauh ini, indeks saham Hang Seng naik 1,2%, Kospi Korea Selatan melesat 1,3%, indeks ASX Australia melompat 2,6%, dan Nikkei tumbuh 1,2%.
Harga kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average tercatat menguat 170 poin, berbarengan dengan harga kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 yang juga melaju ke jalur hijau.
Dalam video yang diunggah di akun Twitter, Trump pada Minggu mengatakan bahwa "kami mendapatkan laporan yang luar biasa dari para dokter." Bahkan mantan taipan properti tersebut muncul ke publik dan menyambut pendukungnya di depan rumah sakit.
Dokter kepresidenan yang merawat Trump mengatakan mereka menggunakan dexamethasone, senyawa steroid yang direkomendasikan untuk penderita Covid-19 dalam status parah. Kadar oksigen orang nomor satu AS tersebut memang sempat dua kali anjlok.
Harga minyak mentah dunia pun mencatatkan pembalikan ke atas (rebound), dengan menguat 1,6%, setelah sempat anjlok pada Jumat. Dari data ekonomi, pelaku pasar Eropa bakal memantau rilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) versi Markit untuk sektor Jasa kawasan Uni Eropa per September.
Konsensus Tradingeconomics memperkirakan angka PMI tersebut bakal melemah menjadi 47,6 dibandingkan dengan posisi Agustus (50,5). Indeks PMI memakai tolak ukur angka 50. Jika di bawah itu, maka diartikan terjadi kontraksi dan sebaliknya jika di atas itu berarti ada ekspansi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lawan Gravitasi akibat Corona Delta, Bursa Eropa Melesat