
Harga Batu Bara Lemes di Akhir Perdagangan, Reli Berakhir?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle pekan lalu terangkat 3,5%. Apabila di hari terakhir perdagangan harganya tidak anjlok (setidaknya flat), maka harga batu legam tersebut naik 8,5%.
Pada Jumat (2/10/2020), harga batu bara untuk kontrak yang aktif ditransaksikan melemah 2,33% ke US$ 60,85/ton. Turunnya harga batu bara kontrak ini dipicu oleh adanya aksi ambil untung.
Maklum, harga batu bara reli tak terbendung sejak memasuki minggu kedua September. Pada periode 8 September - 1 Oktober, kenaikan harga batu bara tercatat mencapai 24,8%.
Kenaikan harga batu bara tersebut tak terlepas dari ketatnya pasokan batu bara China yang membuat harga komoditas domestiknya melambung tinggi. Harga batu bara China untuk patokan Qinhuangdao berkalori 5.500 Kcal/Kg sudah berada di atas level informal yang ditetapkan pemerintah (green zone).
Zona hijau harga batu bara domestik yang ditetapkan China berada di rentang RMB 500 - RMB 570 per ton. Namun di bulan September harganya sudah tembus di atas RMB 590/ton atau tepatnya di RMB 599/ton setara dengan US$ 87,91/ton.
Green zone sendiri merupakan rentang harga yang masih aman untuk penambang batu bara maupun perusahaan utilitas. Harga batu bara yang terlalu tinggi dan di atas rentang tersebut akan membuat margin perusahaan setrum China tergerus.
Mengingat harga batu bara lintas laut masih tergolong murah, maka hal ini membuat perusahaan beralih mengimpor batu bara dari luar. Inilah yang ikut mendongkrak kenaikan harga batu bara di bulan September.
Naiknya harga batu bara termal Newcastle juga turut mengerek harga batu bara lain, tak terkecuali harga batu bara acan (HBA) RI. HBA RI bulan Oktober naik 3,2% menjadi US$ 51 per ton dari HBA pada September 2020 yang sebesar US$ 49,42 per ton. HBA sendiri diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya.
Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi kenaikan HBA Oktober ini dipicu oleh sinyal positif dari industri China maupun Jepang yang mulai bangkit.
"Sinyalemen positif industri yang mulai bangkit di Tiongkok dan Jepang mengerek kenaikan HBA Oktober 2020. Permintaan batubara dari Tiongkok meningkat karena harga batu bara domestik Tiongkok lebih tinggi daripada harga batubara impor," ujar Agung dalam keterangan resmi Kementerian pada Kamis (01/10/2020).
Namun karena harga batu bara sudah melesat sangat signifikan, ada kemungkinan geraknya pekan ini akan cenderung terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020