
Merespons Hasil Debat, Dow Futures Terpeleset ke Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (30/9/2020) tertekan, menyusul munculnya ketakpastian dari ranah politik Negara Adidaya tersebut akibat debat perdana yang berakhir frontal.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average drop 129 poin (-0,5%), mengindikasikan indeks acuan bursa itu bakal melemah 48 poin di pembukaan. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq juga turun, masing-masing sebesar 0,4% dan 0,5%.
Disney menambahkan sentimen negatif setelah mengumumkan rencana pemecatan 28.000 karyawan di divisi taman hiburan. Saham perseroan pun terbanting 2% di sesi pra-pembukaan.
Sepanjang September, indeks S&P 500 telah kehilangan 4,7%, berpeluang menjadi koreksi bulanan pertamanya sejak Maret. Indeks Nasdaq drop 5,9%, sedangkan Dow Jones ambruk 3,4%.
"Malam tadi adalah malam panjang dan banyak yang mesti dibereskan," tutur Daniel Deming, Direktur Pelaksana KKM Financial, sebagaimana dikutip CNBC International. "Kian jelas terlihat bahwa hal ini takkan tuntas pada 3 November dan menurut saya pasar mungkin tak suka itu."
Debat perdana antara Presiden petahana Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berisikan retorika tajam dan sikap non-kompromi antara keduanya, mengindikasikan bahwa pilpres Negara Adidaya tahun ini bakal panas.
Berdebat soal penunjukan Ketua Mahkamah Agung (MA), pengelolaan ekonomi, dan pandemi, Trump ketinggalan 6,1% terhadap Biden menurut polling RealClearPolitics. Menurut Daniel, debat perdana itu memunculkan kekhawatiran baru seputar ketakpastian politik.
Investor khawatir kemenangan Trump bakal berujung pada pemburukan ekonomi akibat perang dagang yang kian garang, tetapi kemenangan Biden juga memicu kekhawatiran kenaikan pajak korporasi yang bisa menekan laba bersih emiten AS.
Peluang ketakpastian politik kian terbuka setelah Trump dalam debat mengancam akan melawan jika dia kalah, karena dia meyakini kecurangan sedang terjadi. Pekan lalu, FBI di depan Senat mengatakan bahwa tak ada bukti sama sekali mengenai kecurangan tersebut.
Namun, perkembangan positif datang dari penanganan pandemi, di mana perusahaan farmasi Regeneron mengumumkan bahwa obatnya yang bernam REGN-COV2 bisa mengurangi tingkat viralitas virus corona dan memperbaiki kondisi.
"Yang paling terbantu dari perawatan ini adalah pasien yang tak memiliki kekebalan mandiri yang efektif untuk merespon [virus]," tutur Kepala Sains Regeneron George D. Yancopoulos dalam pernyataan resminya. Saham Regeneron terbang 4% di sesi pra-pembukaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trading di Hari Buruh, Dow Futures Ikut Merah