Sudah Jatuh 1% Lebih, Saatnya Rupiah Bangkit!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 September 2020 09:10
Ilustrasi Mata Uang
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Sepertinya minat investor terhadap aset-aset berisiko sudah kembali sehingga arus modal asing menyerbu pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Pada Selasa (29/9/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.850 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun tidak lama kemudian rupiah berhasil menguat. Pada pukul 09:06 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.840 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi tipis 0,03%. Ini membuat mata uang Tanah Air tidak pernah menguat dalam lima hari terakhir, paling banter stagnan. Selama periode tersebut, depresiasi rupiah tercatat 1,09% point-to-point.

Depresiasi rupiah yang sudah cukup dalam tersebut membuat investor kembali tertarik. Maklum, rupiah sekarang sudah 'murah' sehingga menarik untuk dikoleksi.

Kebalikan dengan rupiah, sekarang giliran dolar AS yang tergelincir. Setelah menguat cukup lama, akhirnya tekanan jual menerpa mata uang Negeri Paman Sam.

Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah menguat nyaris 2%. Investor yang merasa sudah mendapat cuan tebal pun melepas dolar AS.

Berdasarkan catatan US Commodity Futuress Trading Commission, posisi jual (short) terhadap dolar AS pada pekan lalu mencapai US$ 33,99 miliar. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar US$ 31,52 miliar.

Tekanan jual ini membuat dolar AS melemah. Pada pukul 07:32 WIB, Dollar Index melemah 0,14%.

 

"Dolar AS diperdagangkan berlawanan arah dengan pasar saham. Saat pasar saham naik, dolar AS melemah," ujar Axel Merk, Presiden Merk Investment yang berbasis di California, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, dini hari tadi waktu Indonesia bursa saham New York ditutup menguat signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,51%, S&P 500 melonjak 1,61%, dan Nasdaq Composite melejit 1,87%.

Penguatan di pasar saham menunjukkan risk appetite pelaku pasar sudah kembali. Makanya aset aman (safe haven) seperti dolar AS jadi kekurangan peminat.

Pelaku pasar menyambut positif kabar seputar pembahasan stimulus fiskal AS yang terkatung-katung hampir dua bulan. Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar legislatif di AS), mengungkapkan bahwa dirinya sudah berbicara dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akhir pekan lalu.

"Saya masih berharap Partai Demokrat dan Gedung Putih menemukan titik temu. Dia (Mnuchin) harus datang lagi dengan dana yang lebih banyak agar ini bisa selesai," kata Pelosi dalam wawancara dengan MSNBC.

Pemerintah sebenarnya sudah mengajukan paket stimulus baru senilai US$ 1 triliun. Namun dimentahkan oleh kubu Demokrat di House karena nilainya dianggap tidak cukup untuk mendorong ekonomi dan daya beli rakyat AS yang hancur akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ini yang membuat pembahasan stimulus mandek.

Namun dengan kesediaan Pelosi untuk kembali berdialog, itu sudah menjadi sebuah langkah maju. Kehadiran stimulus fiskal diharapkan mampu menopang ekonomi Negeri Adikuasa sehingga bisa cepat mentas dari resesi. Saat AS pulih, maka bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Harapan ini membuat investor mulai berani keluar dari sarangnya dan bermain agresif. Aset-aset berisiko yang semula dijauhi kembali diperebutkan. Tidak hanya di AS, investor juga berani masuk ke pasar keuangan Asia. Arus modal ini membuat mata uang Asia perkasa di hadapan dolar AS, tidak terkecuali rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular