
Dolar AS Masih Perkasa, Rupiah Sampai Lemas Dibuatnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Berlanjutnya keperkasaan dolar AS membuat rupiah penguatan rupiah menjadi sempit.
Pada Senin (28/9/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.840 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Namun sejurus kemudian rupiah langsung melemah. Pada pukul 09:05 WIB, US$ dibanderol Rp 14.850 di mana rupiah melemah 0,03%.
Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,78% di hadapan dolar AS. Seluruh mata uang Asia juga begitu, bahkan banyak yang depresiasinya lebih parah ketimbang rupiah.
Apa mau dikata, dolar AS sedang perkasa. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 1%. Pagi ini, pukul 08:06 WIB, indeks ini masih menguat 0,05%.
"Pemilu AS, stimulus, dan pemulihan ekonomi. Kalau tiga hal itu tidak berjalan baik, maka di pasar akan terjadi flight to safety. Arus modal akan bergerak ke dolar AS," kata JB Mackenzie, Managing Director of Futures and Forex di TD Ameritrade, seperti dikutip dari Reuters.
Pada Rabu pagi waktu Indonesia, Donald Trump (Partai Republik) dan Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat) akan diadu di debat perdana calon presiden Negeri Paman Sam. Investor (dan seluruh dunia) tentu akan menunggu apa saja visi-misi yang dibawa oleh kedua calon.
Sementara stimulus fiskal, terutama di AS, masih belum menemukan kata sepakat. Akibatnya, warga AS belum lagi menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang habis pada akhir Juli lalu.
Kemudian pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020 ternyata tidak secepat yang diharapkan. Ini terlihat di Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur, yang meski terus membaik tetapi lajunya melambat.
Misalnya di AS, angka pembacaan awal PMI manufaktur periode September adalah 53,5. Naik tipis 0,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Padahal pada Agustus, PMI manufaktur naik 2,2 poin dibandingkan Juli.
"Kita saat ini berada di sekitar 80% dari aktivitas pra-pandemi, memang belum bisa dinaikkan lagi ke level normal sebelum vaksin anti-virus corona tersedia. Sulit untuk mewujudkan pemulihan ekonomi lebih lanjut. Ekonomi memang sudah membaik, tetapi kemajuannya melambat dibandingkan tiga bulan awal reopening," kata Jason Pride, Chief Investment Officer Glenmede yang berbasis di Philadelphia, seperti dikutip dari Reuters.
Berbagai sentimen tersebut membuat investor memiih bermain aman, wait and see sampai ada kepastian. Sikap seperti ini membuat dolar AS (yang masih berstatus sebagai aset aman alias safe haven) menjadi buruan sehingga membuat mata uang lain melemah, termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
