RI Bakal Resesi, Duh...Asing Sudah Kabur Berapa Hari Ini?

tahir saleh, CNBC Indonesia
22 September 2020 15:57
Laju bursa saham domestik langsung tertekan dalam pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9/2020) usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai Senin pekan depan.

Sontak, investor di pasar saham bereaksi negatif. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok lebih dari 4% ke level 4.920,61 poin. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 430,47 miliar sampai dengan pukul 10.18 WIB.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai jual bersih atau net sell di bursa saham domestik pada penutupan perdagangan Selasa siang ini (22/9/2020) mencapai Rp 668,56 miliar di pasar reguler di tengah kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,31% di level 4.934.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, dengan net sell tersebut, dalam 5 hari perdagangan terakhir, terjadi net sell Rp 3,34 triliun di pasar reguler, dan sebulan terakhir juga net sell Rp 16,08 triliun.

Secara tahun berjalan atau year to date, ada net sell Rp 57,17 triliun. Dikurangi dengan net buy year to date di pasar nego dan tunai Rp 16,52 triliun, maka net sell di seluruh pasar ytd menjadi Rp 40,65 triliun.

Head of Research PT Praus Capital Alfred Nainggolan menilai besaran koreksi indeks saat ini masih sejalan dengan koreksi di bursa Asia. 

Sebagai catatan, data perdagangan mencatat pukul 15.28 WIB, Indeks Hang Seng minus 0,98%, Shanghai juga terjun 1,29% dan STI Singapura minus 0,84%.

"Besaran koreksi relatif masih in-line dengan koreksi bursa global. Penurunan besaran aksi jual bisa juga dipengaruhi kondisi IHSG yang terkoreksi dalam 2 hari," kata Alfred dihubungi Selasa (22/9).

"Harga jual nggak akan bagus dalam kondisi market bearish, bisa jadi volume sell asing turun karena mereka melihat pasar [turun] ngak kondusif untuk jualan," kata Alfred.

Dia menilai investor domestik akan semakin sensitif dengan pergerakan bursa global saat ini, karena optimisme kondisi domestik yang diharapkan bisa jadi penopang sudah mulai turun karena angka Covid-19.

Sentimen pasar saat ini datang dari skandal bank-bank global itu terungkap dalam FinCEN Files. Dokumen itu berisi 2.500 lembar halaman. Sebagian besar adalah file yang dikirim bank-bank ke otoritas Amerika Serikat (AS) antara tahun 2000 sampai 2017.

Di dalamnya terdapat skandal penggelapan dana hingga pengemplangan pajak dari lembaga keuangan besar dunia. Nilainya mencapai US$ 2 triliun atau sekitar Rp 28.000 triliun.

Sejumlah bank disebut. Antara lain HSBC, Standard Chartered Bank, Deutsche Bank, JPMorgan dan Bank of New York Mellon, Standard Chartered, Deutsche Bank dan Barclays Bank.

FinCEN sendiri merupakan akronim dari Jaringan Investigasi Kejahatan Keuangan AS. Mereka berisi orang-orang di Departemen Keuangan Paman Sam yang bertugas memerangi kejahatan keuangan.

Selain itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengungkapkan ramalan yang mengerikan terjadi di kuartal III-2020.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Untuk diketahui ekonomi kuartal I-2020 masih positif di 2,97% sementara ekonomi di kuartal II-2020 minus 5,32%. 

Jika terjadi dua kuartal berturut-turut ekonomi negatif atau kontraksi maka Indonesia masuk resesi.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Masih Jauhi Saham Big Bank Pada Pekan Pertama 2025

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular