
Skandal Bank Global & Corona Eropa Bikin Bursa Asia Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Senin (21/9/2020) kompak ditutup melemah, seiring dari kabar adanya pengelolaan dana mencurigakan di bank-bank raksasa dunia dan kabar dari lonjakan kasus Covid-19 di Eropa.
Tercatat, indeks Hang Seng Hong Kong yang anjlok 2,06%, disusul indeks Shanghai di China yang melemah 0,63%, STI Singapura terdepresiasi 0,48% dan KOSPI Korea Selatan yang terjatuh 0,95%. Sedangkan indeks Nikkei Jepang hari ini libur karena sedang memperingati hari penghormatan manula.
Sedangkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup melemah 1,18% di level 4.999,36.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 249 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,8 triliun.
Kabar mengejutkan dari Asia, dimana bank-bank raksasa di Asia dikabarkan telah mengelola dana mencurigakan.
Reuters melaporkan bahwa bank-bank raksasa tersebut seperti HSBC dan Standard Chartered telah mengelola dana mencurigakan tersebut dalam dua dekade terakhir.
Laporan tersebut mengutip dokumen rahasia yang diajukan bank ke pemerintah Amerika Serikat (AS), dan langsung dibantah oleh beberapa bank tersebut.
"Kami tidak mengomentari berita mengenai aktivitas mencurigakan," tutur HSBC dalam pernyataan resminya kepada CNBC.
Sementara itu, Standard Chartered dalam pernyataannya menyebutkan bahwa dalam realitasnya akan selalu ada upaya mencuci uang dan menghindari sanksi, dan perlu "tanggung-jawab untuk memerangi kejahatan finansial dengan sangat serius."
Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengingatkan adanya "situasi yang sangat serius" di Eropa menyusul lonjakan kasus yang memicu pemberlakuan karantina wilayah (lockdown), seperti yang akan dilakukan di London.
Di London, data pemerintah pada hari Sabtu (19/9/2020) menunjukkan 4.422 kasus baru, 100 lebih banyak dari pada hari Jumat dan total harian tertinggi sejak 8 Mei, berdasarkan hasil tes positif.
Tingkat infeksi yang sebenarnya kemungkinan besar lebih tinggi. Badan statistik Inggris mengatakan pada hari Jumat bahwa sekitar 6.000 orang setiap hari di Inggris saja mungkin tertular penyakit selama seminggu hingga 10 September, berdasarkan pengujian acak.
Polling Reuters menyebutkan bahwa kenaikan kembali kasus corona merupakan ancaman terbesar terhadap pemulihan ekonomi di Benua Biru, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan inflasi bakal menjadi negatif dalam beberapa tahun ke depan.
Hingga kini, kasus Covid-19 telah melampaui angka 30 juta di seluruh dunia, merenggut 946.000 jiwa.
Sedangkan di Indonesia, Sentimen dari dalam negeri soal Bank Indonesia (BI) yang akan kembali menjadi pengawas industri perbankan.
Kabar ini kembali muncul di pasar. Bahkan, kabar terbaru menyebutkan perubahan payung hukum tersebut tak lama lagi dibahas pemerintah bersama DPR.
Pembahasan terkait kewenangan BI sebagai otoritas moneter belakangan menjadi sorotan pelaku pasar. Pasalnya saat pandemi seperti ini, pergeseran fungsi kelembagaan sangat sensitif bagi pelaku pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
