Analisis Teknikal

3 Hari Taklukkan Dolar, Rupiah Bakal Maju Tak Gentar!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 September 2020 08:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mencetak hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin. Penguatan rupiah sangat tipis 0,03% di Rp 14.820/US$ kemarin, sementara 2 hari sebelumnya menguat 0,07% dan 0,17%.

Bank sentral AS (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) yang sama-sama mempertahankan kebijakan moneternya menjadi penggerak utama rupiah.

The Fed menyatakan akan mempertahankan suku bunga <0,25% hingga tahun 2023, sementara BI tetap mempertahankan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 4%.

Dengan demikian, selisih yield efek instrumen keuangan menjadi cukup signifikan, ketika kondisi perekonomian global bangkit dan sentimen membaik, investor akan mengalirkan modalnya ke negara yang memberikan yield lebih tinggi, sehingga rupiah punya tenaga untuk menguat.

Namun sayangnya, sentimen pelaku pasar kurang bagus, yang tercermin dari melemahnya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis waktu setempat.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas US$ 14.730/US$, yang sebenarnya memberikan tekanan.

Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Tetapi kabar baiknya, pada Jumat (11/9/2020) lalu, rupiah membentuk pola Shooting Star. Dilihat pada grafik candle stick harian, badannya (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas. Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Secara psikologis, pola shooting star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.

Sementara itu indikator stochastic kini sudah keluar dari wilayah jenuh beli (overbought). 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mencapai overbought memperbesar peluang penguatan rupiah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.790/US$, jika berhasil ditembus rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.730/US$.

Sementara itu, resisten terdekat berada di Rp 14.860/US$. Jika resisten tersebut dilewati, rupiah berisiko menguji kembali Rp 14.900/US$. Resisten selanjutnya berada di level Rp 14.930/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular