
Pasar Saham Asia Mayoritas Merah, Bursa RI Paling Buncit

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Rabu (16/9/2020) ditutup bervariasi, mayoritas ditutup melemah seiring dari penantian investor atas hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang bakal menentukan arah suku bunga acuan ke depan.
Tercatat, indeks Nikkei Jepang menguat 0,09%, lalu indeks Hang Seng Hong Kong yang melemah tipis 0,03%, disusul indeks Shanghai di China yang anjlok 0,36%, STI Singapura melesat 0,78% dan KOSPI Korea Selatan yang terdepresiasi 0,31%.
Sentimen yang menyebabkan pergerakan Bursa Asia yang cenderung mixed adalahpelaku pasar masih menunggu gebrakan Ketua The Fed Jerome Powell yang baru saja meluncurkan pendekatan baru terkait inflasi.
Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) juga akan membagi update kuartalan atas estimasi pertumbuhan ekonomi, kondisi pengangguran dan arah inflasi serta arahan mengenai kebijakan moneter ke depannya.
Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan hari ini ditutup melemah 0,83% ke level 5.058,48
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 983 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,5 triliun.
Pelemahan terjadi di tengah rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang berlangsung hari ini dan besok.
Bank sentral nasional tersebut diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya. Tekanan yang dialami rupiah sejak awal kuartal III-2020 membuat BI agak sulit menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate, meski perekonomian Indonesia tengah di bibir jurang resesi.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan bakal tetap bertahan di 4% dalam RDG bulan ini. Hal ini membuat pelaku pasar bertaruh bahwa pemulihan ekonomi bakal kian panjang karena otoritas moneter tak memberikan insentif tambahan.
Beralih ke barat, dini hari tadi tiga indeks saham utama bursa New York kompak melenggang ke zona hijau. Wall Street dibuka hijau dan berhasil mempertahankan posisinya hingga penutupan.
Data perdagangan mencatat, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mengalami apresiasi tipis sebesar 0,01 %. Pada saat yang sama indeks S&P 500 dan Nasdaq Composte masing-masing bertambah 0,5% dan 1,2%.
Sumringahnya kiblat bursa saham tersebut akibat adanya banjir sentimen positif. Wall Street mendapatkan energi penguatan dari China yang melaporkan kenaikan penjualan ritel pertama pada tahun ini sebesar 0,5% secara tahunan pada Agustus. Ini merupakan laporan kinerja positif pertama sepanjang 2020.
"Ini membuat China tetap berada di jalur pemulihan pertumbuhan (ekonomi) ke level sebelum virus merebak" kata Julian Evans-Pritchard, ekonom senior untuk China yang bekerja di Capital Economics".
"Penjualan ritel melampaui level 2019 untuk pertama kalinya sejak wabah COVID-19, sementara investasi dan pertumbuhan output terus menguat bulan lalu." ungkap Pritchard.
Sentimen positif juga datang dari kabar vaksin, di mana AstraZeneca melanjutkan kembali uji coba fase ketiga di Inggris sementara Direktur Utama Pfizer Albert Bourla menargetkan bisa menyajikan data kunci uji coba vaksinnya pada regulator selambat-lambatnya pada Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
