
Gelar RUPSLB Hari Ini, Duet Saham BUMI-BRMS Bikin Geger Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Tanah Air kembali dibuat geger pada perdagangan Selasa kemarin (15/9/2020) setelah saham 'sejuta umat' PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil bangkit dari level terendahnya yakni Rp 50/saham atau gocap menjadi Rp 51/saham pada perdagangan awal di sesi I.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, sepanjang perdagangan kemarin, saham BUMI juga bergerak ke level tertinggi harian yakni Rp 54/saham, kendati pada akhir perdagangan sesi II, saham perusahaan tambang Grup Bakrie ini ditutup masih di level Rp 50/saham.
Nilai transaksi saham BUMI mencapai Rp 41,29 miliar dengan volume perdagangan 806,10 juta saham, dan catatan net sell asing kemarin sebesar Rp 3,24 miliar.
Kapitalisasi pasar BUMI mencapai Rp 3,37 triliun, lebih rendah dari anak usahanya yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dengan market cap sebesar Rp 4,76 triliun.
Saham BRMS bahkan mencatatkan penguatan tertinggi di BEI kemarin, atau memimpin top gainers dengan kenaikan hingga 21,82% di posisi Rp 67/saham.
Dalam sepekan terakhir, saham BRMS juga melesat 24%, sebulan terakhir naik 34% dan year to date atau tahun berjalan saham BRMS melesat 28,85%.
Sebagai perbandingan, pada Kamis (3/9), saham BUMI juga sempat melesat hingga 16% menuju level Rp 58/saham sebelum akhirnya ditutup naik 4% di level Rp 52/saham.
RUPSLB
Salah satu sentimen pasar bagi saham BUMI ialah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Luar Biasa (RUPSLB) ketiga pada Rabu ini (16/09/2020). Sebelumnya RUPSLB Kedua yang dilakukan pada 23 Juli 2020 untuk mata acara kedua dalam RUPSLB Kedua tidak memenuhi persyaratan kuorum kehadiran.
RUPSLB ini akan berlangsung di Ballroom JS Luwansa Hotel, Jakarta. Dalam RUPSLB ini akan membahas perubahan dan penetapan kembali susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan. Agenda ini dilakukan terkait adanya pengunduran diri Presiden Komisaris. Saat ini Presiden Komisaris Bumi Resources dijabat oleh Nalinkant Amratlal Rathod.
Sebelumnya, dalam RUPS Tahunan juga dilakukan perubahan jajaran komisaris perusahaan, dengan menerima pengunduran diri Wayne Yao sebagai komisaris dan mengangkat dengan Benjamin Bao sebagai komisaris.
Sebelumnya pelaksanaan RUPSLB hanya mengambil keputusan pada agenda pertama, dan dilakukan penundaan pada agenda kedua. Dalam RUPSLB kedua, kuorum kehadiran untuk mata acara pertama yaitu dihadiri oleh 40,346% pemegang saham yang mewakili 27,09 miliar saham.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan berdasarkan RUPS Tahunan semua agenda mendapatkan persetujuan dari pemegang saham.
Selain itu dari laporan keuangan 2019, Bumi Resources tidak dapat membagikan dividen kepada seluruh pemegang saham perusahaan.
Kemudian pemegang saham juga meratifikasi penerbitan saham-saham baru dalam rangka konversi Obligasi Wajib Konversi (OWK) dan MESOP (management employee stock option, pemberian saham kepada manajemen), dari pelaksanaan hingga selesainya.
Manajemen BUMI menilai naiknya harga saham perusahaan lantaran para pelaku pasar berhasil merespons positif kenaikan harga batu bara yang berdampak positif bagi emiten batu bara seperti BUMI.
Dileep menilai sentimen terhadap perusahaan umumnya netral ke positif, hal ini terbukti dari pergerakan saham BUMI yang akhirnya naik setelah berbulan-bulan berada di posisi Rp 50/saham.
Menurutnya beberapa spekulasi dari cerita positif akhir-akhir ini bagi grup BUMI berdampak positif, misalnya saja prospek emas dari anak usahanya BRMS.
"Pagi ini [Selasa] saham BUMI bergerak di kisaran hingga Rp 54/saham, dengan jumlah yang signifikan berpindah tangan," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/9).
Selain itu perusahaan juga kemungkinan segera mendapatkan status IUPK (izin usaha pertambangan khusus) dan menjadi harapan positif dan juga RUPSLB yang akan berlangsung pada Rabu ini, (16/9).
Meski demikian Dileep mengatakan tidak masih banyak ketidakpastian ke depannya. "Secara keseluruhan, prospek BUMI dalam jangka menengah terlihat menarik. Terutama dengan menstabilkan produksi batu bara pada 100 juta ton per tahun, menurunkan biaya, pascaprospek IUPK dari win win refinancing dengan biaya lebih rendah," katanya.
Dileep mengatakan harga saham perusahaan saat ini telah sangat di bawah harga untuk beberapa waktu, terutama dengan kondisi global dan sektor batu bara yang tertekan.
Dia mengharapkan dengan memperoleh status IUPK saham BUMI dapat naik setelah pandemi dan harga batu bara membaik.
Selain itu, kemampuan investasi di masa mendatang termasuk gasifikasi, kemungkinan pembangkit listrik lainnya di anak usaha perseroan yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC), mendorong output (produksi) yang lebih tinggi dari Darma Henwa (juga masuk tambang Grup Bakrie), meningkatkan nilai termasuk kemitraan strategis.
"Kemudian kami dapat mempercepat pembayaran kembali hutang, mengoptimalkan struktur permodalan kami dan meningkatkan serta menciptakan nilai tambah. Kami yakin prospek jangka menengah untuk sektor batu bara dalam jangka menengah cerah, terutama di Asia," ujar Dileep.
Pekan lalu, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) meroket 7,44% secara point-to-point. Pada perdagangan Selasa kemarin harga mulai membaik kendati masih di bawah US$ 60/ton, tepatnya di US$ 53,8/ton.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pendapatan Turun tapi Laba Bumi Resources (BUMI) Naik 12,28%