
Awas! Rating Utang RI Bisa Turun, Rupiah Wajib Waspada

Masuknya BI di pasar primer (baik lelang, greenshoe options, sampai private placement) akan menyebabkan peningkatan jumlah uang beredar. Selain menimbulkan risiko inflasi, rupiah juga dipandang semakin 'murah' karena pasokan yang meningkat.
S&P mengingatkan bahwa peringkat utang Indonesia bisa turun gara-gara kebijakan yang disebut burden sharing tersebut. Bukan tidak mungkin peringkat (rating) utang Indonesia bisa turun.
"Program pembelian obligasi bisa mempengaruhi kemampuan bank sentral di negara-negara berkembang untuk merespons krisis pada masa mendatang. Tentu bisa juga berdampak terhadap rating obligasi negara tersebut," sebut Andrew Wood, S&P Global Ratings Credit Analyst, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Jika investor sampai punya persepsi bahwa pemerintah punya ketergantungan jangka panjang terhadap pembiayaan dari bank sentral, maka otoritas moneter akan kehilangan kredibilitas. Bank sentral akan dipandang melakukan monetisasi, menggunakan pembiayaan defisit fiskal sebagai sarana 'mencetak uang' yang mengancam stabilitas fleksibilitas kebijakan moneter dan perekonomian secara luas.
Akibatnya, risiko penurunan peringkat obligasi menjadi meninggi. Ketika rating obligasi turun, maka investor akan menjauh dari pasar SBN. Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
Kemudian pekan lalu, sentimen lain menjadi pemberat langkah rupiah yaitu rencana pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta. PSBB yang lebih ketat dari masa transisi itu mulai berlaku kemarin hingga dua pekan ke depan. Ada kekhawatiran gerak roda ekonomi akan seret, meski PSBB yang berlaku tidak seketat perkiraan sebelumnya.
Plus, saat ini sudah menjelang akhir kuartal III-2020. Setiap akhir kuartal, kebutuhan valas korporasi meningkat untuk keperluan pembayaran utang jatuh tempo, dividen, dan sebagainya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]
