
Cek Ombak PSBB, Rupiah Tak Beranjak dari Rp 14.860/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (14/9/2020). Kabar baiknya, rupiah tidak lagi menjadi mata uang terburuk di Asia, setelah menyandang status tersebut dalam 4 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.850/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Pelemahan rupiah semakin membengkak hingga 0,47% di Rp 14.930/US$.
Rupiah berhasil menipiskan pelemahan hingga ke Rp 14.880/US$, dan sepanjang perdagangan dihabiskan di level tersebut. Baru beberapa menit sebelum perdagangan berakhir, rupiah memangkas pelemahan hingga berakhir stagnan alias sama persis dengan penutupan perdagangan Jumat pekan lalu Rp 14.860/US$.
Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada hari ini, hanya rupee India dan baht Thailand yang melemah hingga pukul 16:14 WIB. Artinya, rupiah yang berakhir stagnan bukan yang terburuk di Asia.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang lebih ketat menjadi perhatian investor asing, sehingga lebih berhati-hati mengelontorkan modal ke Indonesia.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Minggu kemarin akhirnya resmi mengumumkan PSBB akan di mulai hari ini, Senin (14/9/2020) tetapi ternyata tidak seperti yang ditakutkan pelaku pasar. Meski memang ada pengetatan ketimbang PSBB transisi, tetapi tidak seketat masa awal PSBB di bulan April lalu.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Minggu kemarin akhirnya resmi mengumumkan PSBB akan dimulia hari ini, tetapi ternyata tidak seperti yang ditakutkan pelaku pasar. Meski memang ada pengetatan ketimbang PSBB transisi, tetapi tidak seketat masa awal PSBB di bulan April lalu.
Pekerja, baik di pemerintahan maupun swasta, tetap bisa pergi ke kantor meski ada pembatasan.
Sementara restoran, baik yang terpisah (stand alone) maupun di pusat perbelanjaan, masih boleh buka. Akan tetapi tidak boleh menerima pengunjung untuk makan-minum di tempat, hanya melayani pesan-antar (delivery) atau pesan-bawa pulang (take away).
Pasar tradisional dan pusat perbelanjaan masih boleh buka. Kapasitas masih dibatasi maksimal 50%, seperti di PSBB Transisi. Padahal sebelumnya pasar dibuat cemas pusat perbelanjaan akan kembali ditutup.
Lalu di sisi transportasi, tidak banyak perubahan. Transportasi umum masih dibatasi 50% seperti saat ini. Ganjil-genap masih ditiadakan, dan angkutan sepeda motor berbasis aplikasi (ojek online/ojol) boleh membawa penumpang maupun barang dengan pelaksanaan protokol kesehatan.
Meski PSBB kali ini tidak seketat bulan April, tetapi tetap saja investor, khususnya asing menanti dampak PSBB kali ini, mengingat saat saat PSBB transisi yang lebih longgar diterapkan, perekonomian Indonesia diprediksi tak mampu lepas dari jeratan resesi, apalagi dengan PSBB yang lebih ketat.
Apalagi, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini, tentunya bagaimana pandangan BI terhadap PSBB dan proyeksi pertumbuhan ekonomi akan dinanti pelaku pasar. Alhasil rupiah mager pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
