
Harga Batu Bara Boleh 'Terbang' 7%, Tapi Jangan Senang Dulu!

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Harga batu bara melonjak pekan ini. Namun harga si batu hitam belum kunjung mencapai US$ 60/ton.
Minggu ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) meroket 7,44% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, harga masih di bawah US$ 60/ton, tepatnya di US$ 54,15/ton.
Pada pekan sebelumnya, harga baru bara turun 0,39% point-to-point. Namun sejatinya harga sempat anjlok dari kisaran US$ 52/ton menjadi US$ 50/ton. Artinya ada koreksi sekitar 4%.
Koreksi yang cukup dalam tersebut membuat harga batu bara mengalami technical rebound pekan ini. Harga yang sudah 'murah' ampuh menarik minat investor.
Namun ke depan, sepertinya prospek batu bara agak suram. Pasalnya, permintaan di negara-negara konsumen besar turun signifikan.
Mengutip data Refinitiv, impor batu bara China pada Januari-Agustus 2020 adalah 183,2 juta ton. Turun 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian impor batu bara India selama delapan bulan pertama 2020 adalah 113,48 juta ton. Anjlok 18,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan impor batu bara Korea Selatan dalam periode Januari-Agustus 2020 adalah 71,01 juta ton. Ambles 21% ketimbang periode yang sama pada 2019.
"Ketiadaan faktor pendorong yaitu permintaan membuat sulit memperkirakan harga bisa rebound lagi. Sepertinya harga akan berkutat di level yang sekarang," tulis kolumnis Reuters Clyde Russell.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Permintaan China Naik, Harga Batu Bara Terungkit
