
Efek Bearish Wall Street, Bursa Asia Jadi Ikutan Galau

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia pada pagi hari ini dibuka bervariasi, mayoritas di zona merah mengikuti penutupan Bursa Wall Street yang kembali melemah pada perdagangan Kamis (10/9/2020) kemarin setelah sehari sebelumnya mencatatkan penguatan.
Tercatat indeks Nikkei di Jepang dibuka melemah 0,50% , Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,16%, Shanghai di China turun 0,28%, Indeks STI Singapura terdepresiasi 0,38% dan Kospi Korea Selatan terpantau jatuh 0,28%.
Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, terkoreksi parah di penutupan perdagangan Kamis waktu AS (10/9/2020) atau Jumat pagi waktu Indonesia, setelah sebelumnya ditutup di zona hijau pada Rabu.
Data perdagangan mencatat, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup 405,89 poin lebih rendah atau turun 1,45% menjadi 27.534,58.
Di awal sesi, Dow Jones sempat naik lebih dari 200 poin. Indeks S&P 500 pun terkoreksi 1,8% dan ditutup di level 3.339,19.
Sementara Nasdaq Composite anjlok 2% menjadi 10.919,59 setelah melonjak 1,4%. Koreksi ini adalah penurunan keempat dalam 5 hari perdagangan bagi rata-rata indeks utama di Wall Street ini.
Penurunan harga saham terparah terjadi di sektor teknologi, di mana saham Apple merosot 3,3% setelah naik 2,7%. Tesla, yang sempat naik lebih dari 8%, ditutup naik hanya 1,4%.
Saham Netflix, Microsoft, Facebook dan Amazon juga terkoreksi. Itu membuat saham sektor teknologi di Indeks S&P 500 turun 2,3%.
Sebelumnya saham-saham utama di Wall Street telah mencatatkan penurunan 3 hari beruntun, namun pada Rabu semuanya mencatatkan kenaikan, di mana S&P 500 mencatatkan hari terbaiknya sejak Juni.
Namun, jika melihat pergerakan dari penutupan 2 September sampai Selasa lalu, saham-saham sektor teknologi di S&P 500 telah terkoreksi 11,4%. Sementara Indeks S&P 500 turun hampir 7% selama periode yang sama.
Selain ketidakpastian di saham teknologi, sentimen negatif juga datang dari klaim pengangguran yang mengecewakan.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis mengatakan jumlah pelapor pertama kali untuk tunjangan pengangguran mencapai 884.000. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan klaim hanya mencapai 850.000.
"Pertumbuhan ekonomi akan pulih tajam di Q3 dan lagi di Q4 tetapi statistik pasar tenaga kerja ini masih menunjukkan jalan yang panjang dalam hal perekrutan," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
