Bursa Asia Hijau, tapi Singapura Drop & Bursa RI Trading Halt

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 September 2020 11:37
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia mayoritas dibuka di zona hijau pada hari ini. Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dibuka di zona merah.

Hingga pukul 11:00 Waktu Indonesia Barat (WIB), bursa Asia masih mencatatkan penguatan, kecuali Straits Time Index (STI) Singapura dan IHSG.

Tercatat indeks Nikkei Jepang menguat 0,60% , Hang Seng Index Hong Kong naik 0,42%, Shanghai di China loncat 0,29%, dan Kospi di Korea Selatan terapresiasi 0,97%. Sedangkan STI Singapura tercatat melemah 0,16%.

Sedangkan IHSG pada pukul 10:36 mengalami Pembekuan Sementara Perdagangan atau trading halt selama 30 menit dan dibuka kembali pukul 11:06. Pemberlakuan trading halt ini dikarenakan IHSG mengalami penurunan hingga 5% lebih.

Sentimen di Indonesia, kabar dari penerapan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total di DKI Jakarta membuat IHSG sendirian di zona merah pada pembukaan perdagangan hari ini hingga terjadi trading halt.

Sebelumnya, malam tadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan 'rem darurat' kembali ditarik. PSBB di ibu kota kembali diketatkan, tidak ada lagi PSBB Transisi. Mulai 14 September, warga Jakarta kembali disarankan untuk #dirumahaja.

"Kita akan menarik 'rem darurat' yang itu artinya kita terpaksa kembali menerapkan PSBB seperti pada masa awal pandemi dulu. Bukan lagi PSBB Transisi, tetapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu," tegas Anies.

Upaya ini terpaksa ditempuh mengingat kasus corona di Jakarta boleh dikata sangat mengkhawatirkan. Per 8 Agustus, jumlah pasien positif corona mencapai 48.393 orang. Bertambah 1.014 orang (2,14%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (26 Agustus-8 September), rata-rata pasien baru bertambah 975,21 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 579,71 orang.

Dari Bursa Amerika Serikat, Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin (9/9/2020) mengalami penguatan setelah tiga hari berturut-turut mengalami pelemahan.

Indeks Komposit Nasdaq yang diisi oleh perusahaan-perusahaan teknologi, ditutup di 11.141,56 setelah naik 2,7%. Dalam tiga hari terakhir, Nasdaq telah turun 10%.

Dow Jones Industrial Average menguat 1,60% atau sekitar 439 poin dan ditutup pada 27.940,47. Sementara S&P 500 berbasis luas melonjak 2,02% menjadi 3.399,06.

Penurunan tiga hari terakhir terjadi karena banyaknya aksi ambil untung di pasar, akibat investor khawatir melihat kenaikan yang tak terkendali dalam harga saham perusahaan teknologi besar seperti Apple dan Amazon.

Meski naik, saham-saham di Wall Street hanya mencatatkan kenaikan terbatas karena masih dibayangi sentimen buruk dari masalah dana bantuan AS untuk warga yang terdampak pandemi Covid-19.

Selain itu, meningkatnya ketegangan antara AS dengan China juga turut menjadi penghambat kenaikan.

Babak baru dari perang dagang AS dengan China ditandai dengan rencanapemblokiran impor kapas dan produk tomat dari wilayah Xinjiang di China Barat oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS.

Bukan hanya itu, produk turunannya termasuk benang kapas, tekstil, pakaian jadi, serta pasta tomat, dan produk lain juga akan dilarang masuk. Ini dilakukan karena tudingan produk tersebut diproduksi dengan kerja paksa yang dilakukan China ke Muslim Uighur di provinsi itu.

Aturan itu awalnya berlaku 8 September lalu. Namun kini diundur ke pekan depan.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular