
Mantap Nih! Bursa Asia Hijau Semua, Bisa Menular ke Bursa RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia pada pagi hari ini kompak dibuka di zona hijau seiring dengan penutupan Bursa Wall Street yang akhirnya mengalami penguatan pada perdagangan Rabu (9/9/2020) kemarin.
Tercatat indeks Nikkei di Jepang dibuka menguat 0,78% , Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,47%, Shanghai di China loncat 0,85%, Indeks STI Singapura terapresiasi 0,40% dan Kospi Korea Selatan terpantau terbang 1,32%.
Bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup naik pada perdagangan Rabu (9/9/2020), menghentikan penurunan yang sudah terjadi selama tiga hari berturut-turut.
Indeks Komposit Nasdaq yang diisi oleh perusahaan-perusahaan teknologi, ditutup di 11.141,56 setelah naik 2,7%. Dalam tiga hari terakhir, Nasdaq telah turun 10%.
Dow Jones Industrial Average menguat 1,60% atau sekitar 439 poin dan ditutup pada 27.940,47. Sementara S&P 500 berbasis luas melonjak 2,02% menjadi 3.399,06.
Penurunan tiga hari terakhir terjadi karena banyaknya aksi ambil untung di pasar, akibat investor khawatir melihat kenaikan yang tak terkendali dalam harga saham perusahaan teknologi besar seperti Apple dan Amazon.
Meski naik, saham-saham di Wall Street hanya mencatatkan kenaikan terbatas karena masih dibayangi sentimen buruk dari masalah dana bantuan AS untuk warga yang terdampak pandemi Covid-19.
Selain itu, meningkatnya ketegangan antara AS dengan China juga turut menjadi penghambat kenaikan.
Babak baru dari perang dagang AS dengan China ditandai dengan rencanapemblokiran impor kapas dan produk tomat dari wilayah Xinjiang di China Barat oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS.
Bukan hanya itu, produk turunannya termasuk benang kapas, tekstil, pakaian jadi, serta pasta tomat, dan produk lain juga akan dilarang masuk. Ini dilakukan karena tudingan produk tersebut diproduksi dengan kerja paksa yang dilakukan China ke Muslim Uighur di provinsi itu.
Aturan itu awalnya berlaku 8 September lalu. Namun kini diundur ke pekan depan.
Selain itu, pada Rabu, pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan telah mencabut visa untuk lebih dari 1.000 warga negara China, mengikuti aturan presiden pada 29 Mei.
Penangguhan masuk para pelajar dan peneliti itu diambil dengan alasan membahayakan keamanan, kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri, Rabu.
Penjabat kepala Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Chad Wolf, mengatakan keputusan diambil demi mencegah mahasiswa pascasarjana dan peneliti China yang terkait dengan strategi fusi militer China untuk melakukan pencurian dan penelitian sensitif.
Keputusan itu juga diambil dengan alasan praktik bisnis yang tidak adil dan spionase industri yang dilakukan China, dan upaya untuk mencuri penelitian virus corona oleh China serta menyalahgunakan visa pelajar untuk mengeksploitasi akademisi AS, katanya.
"Amerika Serikat juga mencegah barang-barang yang diproduksi dari tenaga kerja budak memasuki pasar kami, menuntut agar China menghormati martabat yang melekat pada setiap manusia," jelasnya, merujuk pada dugaan kekerasan terhadap Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
