Terungkap! Strategi Bos BNI Jaga Kualitas Aset di Era Pandemi

dob, CNBC Indonesia
08 September 2020 18:30
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerjasama tersebut dilakukan oleh Ketua IKA UII Muhammad Syarifuddin dan Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar di Jakarta, Kamis (2/7). (Ist)
Foto:Direktur Utama BNI Royke Tumilaar. (Ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir semua lini bisnis terdampak pandemi Covid-19. Menurunnya pendapatan secara drastis, secara otomatis menurunkan kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannnya.

Hal ini sudah terlihat dari kinerja keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada periode semester pertama 2020, yang mana, bidang usaha restoran, perhotelan dan manufaktur berada dalam tekanan dan mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah.

Merepons hal ini, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, untuk menjaga kualitas aset di tengah pandemi, perseroan akan melakukan pembenahan di sektor-sektor yang terpukul pandemi virus Corona dengan melakukan restrukturisasi kredit.

"Kita akan berubah, bukan meninggalkan sektor hotel, pariwisata, kita akan berbenah dulu. Sektor yang terdampak covid kita bantu restrukturisasi, bantu mereka melakukan sinergi dengan segmen lain supaya mereka bisa bergairah," kata Royke, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (8/9/2020).

Meski ada beberapa sektor yang terkena dampak, lainnya, kata Royke masih ada yang tetap bertumbuh seperti perkebunan kelapa sawit yang memiliki prospek yang baik dengan program pencampuran biodiesel 30% bahkan 100%.

Selain itu, sektor pertambangan masih akan tumbuh mengingat dua BUMN energi, PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) keduanya membutuhkan belanja modal tak kurang Rp 200 triliun setiap tahun dan pastinya memerlukan akses pendanaan dari perbankan.

Lebih rinci, Royke melanjutkan, strategi lainnya yang akan dilakukan dalam menjaga kualitas aset dan profitabilitas adalah dengan menurunkan biaya dana (cost of fund), menurunkan biaya operasional serendah mungkin dan melakukan transformasi menjadi bank digital.

Sekadar informasi, pada periode semester I-2020, BNI mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 41,6% menjadi Rp 4,46 triliun dari sebelumnya Rp 7,63 triliun.

Namun, BNI masih mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 4,4% menjadi Rp 880,12 triliun. Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar Rp 5% menjadi Rp 576,78 triliun.

Sementara itu, dana pihak ketiga tumbuh sebesar 11,3% yoy, dari Rp 595,07 triliun pada paruh pertama tahun 2019 menjadi Rp 662,38 triliun pada paruh pertama 2020. Pertumbuhan DPK tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK di industri per Juni 2020 yang tumbuh 7,9% yoy.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Cemerlang, BNI Terus Didorong Go Internasional

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular