
Kacau! Rupiah Keok Nyaris ke Rp 14.800/US$ Gegara ECB

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga pertengahan perdagangan Selasa (8/9/2020). Padahal di pembukaan perdagangan rupiah langsung masuk ke zona hijau.
Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini menjadi salah satu pemicu keoknya rupiah.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah menguat 0,2% ke Rp 14.700/US$. Sayangnya, hanya beberapa menit berselang Mata Uang Garuda langsung masuk zona merah. Depresiasi berlanjut hingga menyentuh level Rp 14.790/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Rupiah sebenarnya sedang mendapat angina segar dari dalam negeri, yang membuatnya langsung menguat di pembukaan perdagangan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menenangkan pasar terkait rencana revisi undang-udang Bank Indonesia (BI) serta kebijakan "burden sharing" membuat rupiah kembali bertenaga.
Selain itu cadangan devisa Indonesia kembali mencetak rekor tertinggi US$ 137 miliar.
Kabar baik lainnya datang dari hasil survei 2 mingguan Reuters yang menunjukkan investor kembali menyukai rupiah dengan mengambil posisi beli (long) setelah mengambil posisi jual (short) dalam 4 survei beruntun atau 2 bulan terakhir.
Tetapi bangkitnya indeks dolar AS membuat rupiah terpukul. Siang ini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menguat 0,48% ke 93,163.
Ketika indeks dolar AS menguat, maka mata uang emerging market seperti rupiah cenderung tertekan. Euro yang melemah melawan dolar AS dalam 6 hari beruntun hingga saat ini menjadi salah satu pemicu penguatan indeks dolar AS.
Maklum saja, euro menjadi mata uang dengan kontribusi terbesar (57,6%) terhadap pembentukan indeks dolar AS. 5 mata uang lainnya yang membentuk dolar AS yakni poundsterling, yen, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Tekanan yang dialami euro terjadi akibat spekulasi ECB akan bertindak guna meredam penguatan mata uang 19 negara tersebut. Pada Selasa (1/9/2020) lalu, euro menyentuh level US$ 1,200 melawan dolar AS. Kali terakhir euro menyentuh US$ 1,2000 pada awal Mei 2018, artinya posisi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Setelah mencapai level tersebut, euro mulai berbalik melemah melawan akibat "dicolek" oleh ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane. Selasa lalu, ketika kurs euro menyentuh level US$ 1,2000, Lane mengatakan nilai tukar euro-dolar AS "penting" dalam menentukan kebijakan moneter.
Pernyataan tersebut menjadi indikasi ECB kemungkinan akan bertindak untuk meredam penguatan euro.
Alhasil, euro terus melemah, indeks dolar AS bangkit, dan rupiah menjadi sulit untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
