
Butuh Dana Akuisisi, Pertamina Jajaki Pinjaman US$ 3 Miliar?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) kini disebut tengah menjajaki pinjaman hingga bernilai US$ 3 miliar kepada enam bank, seperti dikutip dari Global Capital pada Senin (07/09/2020).
Adapun rencana pinjaman hingga US$ 3 miliar ini disebutkan untuk mendukung Pertamina mengakuisisi sejumlah aset di bidang energi.
Menurut sumber di pasar, enam bank yang sedang dijajaki tersebut antara lain BNP Paribas, Sumitomo Mitsui Banking Corp, MUFG Bank, Citi, Credit Agricole, dan Societe Generale.
Namun sayangnya saat dikonfirmasikan kepada Pertamina, juru bicara Pertamina enggan menanggapi info tersebut.
"Mohon maaf, kami belum dapat berkomentar untuk hal tersebut," tutur Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina kepada CNBC Indonesia melalui pesan singkat pada Senin (07/09/2020).
Pada tahun lalu Pertamina sempat menyebutkan untuk menganggarkan hingga US$ 3,7 miliar di sektor hulu minyak dan gas bumi pada 2020 guna meningkatkan produksi migas pada tahun ini. Perseroan pun berencana untuk akuisisi sejumlah lapangan migas di luar negeri seperti di Afrika.
Adapun rencana investasi di hulu migas tersebut bagian dari rencana awal perseroan yang menganggarkan belanja modal pada tahun ini sebesar US$ 7,8 miliar.
Namun, pada bulan lalu Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan perseroan akan meninjau kembali rencana belanja modal perseroan sekitar 21% atau sekitar US$ 1,62 miliar pada tahun ini dari rencana awal yang dianggarkan US$ 7,8 miliar tersebut.
Emma mengatakan peninjauan kembali rencana investasi ini dilakukan karena perseroan harus menghemat pengeluaran, terutama di tengah masa pandemi Covid-19 ini.
"Dari sisi capex (belanja modal), kami lakukan revisit (peninjauan kembali). Kami sangat selektif karena harus cash saving (penghematan arus kas) dan meminimalkan cash out (pengeluaran anggaran) di 2020 ini," tutur Emma dalam sebuah diskusi virtual bersama media massa pada pertengahan Agustus lalu.
Selain rencana pemotongan investasi, perseroan juga akan memangkas biaya operasi sebesar 30% atau sekitar US$ 3 miliar. Sejalan dengan rencana penghematan biaya ini, perseroan pun akan melakukan renegosiasi sejumlah kontrak yang ada saat ini.
Bahkan, perseroan mencari pendanaan ulang (refinancing) hutang jangka panjang guna mendapatkan biaya bunga yang kompetitif. Untuk itu, pada kuartal I tahun ini perseroan telah melakukan refinancing sebesar US$ 0,6 miliar.
"Refinancing hutang jangka panjang dari sisi assets liability management juga kami lakukan," ujarnya.
Meski terdapat sejumlah penghematan, namun menurutnya perseroan tidak akan menghentikan sejumlah proyek besar yang tengah dibangun seperti proyek peningkatan kapasitas kilang yang menjadi bagian dari Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan maupun kilang baru Tuban.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Setor Dividen Rp 8,5 Triliun