Ekspansi Bankir Mandiri & Titah Erick Thohir Bank BUMN Kompak

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
05 September 2020 15:00
Erick Tohir
Foto: Erick Tohir

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini industri perbankan dan keuangan sempat heboh karena secara tiba-tiba Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir merombak direksi dua bank besar milik pemerintah. Pucuk pimpinan dan sebagian besar direksi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) diganti.

Penggantinya, dari bank besar juga yaitu orang nomor satu di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Royke Tumilaar. Sontak ini membuat kehobahan, apalagi ada 5 orang direksi yang ditempatkan di BNI adalah bekas bankir Bank Mandiri.

Erick pun membeberkan penyebab penggantian Direktur Utama BNI yang sebelumnya dijabat oleh Herry Sidharta selama 7 bulan terakhir ini. Alasan utamanya adalah berkaitan dengan kinerja BNI yang dinilai kurang memuaskan dalam periode tertentu.

Padahal, ia menilai isu keuangan, terutama kinerja perbankan dalam kondisi pandemi saat ini merupakan hal yang sangat penting.

"Saya melihat mungkin lebih medium term, jangka menengah walaupun didasari dengan data-data jangka pendek. Ini bukan salah dan benar, ini karena Covid-19, jangan sampai nanti ada bank Himbara yang dalam kondisi-kondisi yang tentu performance-nya menurun. Pasti kuncinya manajemen," kata Erick saat ditemui di Komplek DPR RI pekan lalu.

Ia mengungkapkan, pergantian manajemen ini tak sepenuhnya berdampak negatif. Tercermin dari respons pasar hari ini di mana saham BBNI justru mengalami penguatan 2,39% menyentuh harga Rp 5.350 per saham. Meski investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) Rp 98,31 miliar.

Selain itu Erick juga menyebutkan kekompakan manajemen juga dinilai menjadi pertimbangan penting dalam pengelolaan perusahaan.

"Saya perlu dirut dan komut yang kuat, yang bisa kerja sama, saling bantu, saling mengawasi, bukan berarti komut menjadi direksi atau direksi yang tidak mau diawasi oleh komisaris," jelasnya.

Juga menjadi perhatian adalah jumlah direksi BNI yang baru banyak yang berasal dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Baik itu dari dirut hingga jabatan di bawah direksi yang mendapatkan kursi di BNI.

Erick mengungkapkan, alasan banyaknya direksi Mandiri di BNI lantaran saat ini talenta dari Mandiri dinilai baik. Namun demikian, tak sepenuhnya seluruh direksi ini berasal dari Mandiri, kementerian juga memberikan kesempatan pada talenta di BNI sendiri untuk menjadi direksi.

Hal itu diharapkan bisa menjadi acuan bagi BUMN lainnya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya sehingga posisi-posisi penting di BUMN bisa diisi dari perusahaan-perusahaan lainnya, tak hanya terpaku di satu BUMN saja.

"Kok banyak sekali? Sekarang direksi yang lulusan Mandiri menjabat, itu yang saya selalu bilang, saya sangat berharap dari 142 BUMN bisa 10-15% juga menjadi excellence dari SDM. Ini yang kami harapkan, tidak boleh bergantung dengan beberapa BUMN," kata Erick.

Dalam RUPSLB tersebut menyeruak sentimen soal ekspansi bankir dari Bank Mandiri di bank-bank pelat merah. Nah di BNI, ada lima orang diresksi baru eks bankir Bank Mandiri. 

Pertama adalah Royke Tumilaar yang menduduki posisi Direktur Utama Bank BNI. Sebelumnya bergabung dengan BNI, Royke Tumilaar adalah pejabat karir Bank Mandiri. Ia pernah menjabat sebagai direktur corporate banking, direktur keuangan dan direktur utama.

Kedua, Silvano Rumantir yang menjadi Direktur Corporate Banking. Sebelum gabung dengan Bank Mandiri, Silvano berkarir di bank asing HSBC dan Deutsche Bank. Kemudian bergabung di Bank Mandiri sebagai direktur keuangan.

Selanjutnya David Pirzada yang menjabat sebagai sebagai Direktur Manajemen Risiko. Sebelum bergabung Bank Mandiri, David Pirzada berkarir di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ. di Bank Mandiri posisi terakhirnya sebagai senior vice president wholesale risk.

Muhammad Iqbal sebagai Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Posisi terakhirnya di Bank Mandiri adalah sebagai senior vice president small medium enterprise banking.

Terakhir, Novita Widya Anggraini yang ditunjuk sebagai direktur keuangan BNI. Posisi terakhirnya di Bank Mandiri adalah senior vice president strategy and performance management.

Dalam RUPSLB ini hanya ada empat direksi BNI yang bertahan. Yakni Adi Sulistiowaty yang diangkat menjadi Wakil Direktur Utama, Sis Apik Wijayanto Direktur Hubungan Kelembagaan, Direktur Teknologi Informatika dan Operasional YB Hariantono dan Direktur Human Capital dan Kepatuhan Bob Ananta.

Selanjutnya ada dua bankir BNI yang mendapat promosi sebagai direksi. Yakni, Henry Panjaitan sebagai Direktur Teasuri dan Internasional serta Ronny Vennir sebagai Direktur Layanan dan Jaringan.

Selain lima orang direksi BNI. Bankir-bankir jebolan Bank Mandiri kuasai Bank BUMN. Buktinya, direksi Bank BNI, BRI, dan BTN pasti ada bankir dari Bank Mandiri.

Pada Bank BTN ada empat bankir Bank Mandiri. Yakni Pahala Mansyuri (Direktur Utama), Setyo Wibowo (Direktur Enterprise Risk, Big Data & analityc), Jasmin (Direktur Distribusi dan Ritel Funding) dan Nixon Napitupulu (Direktur Keuangan).

Pada Bank BRI ada tiga bankir Bank Mandiri. Yakni Sunarso (Direktur Utama), Agus Sudiarto (Direktur Manajemen Risiko), Handayani (Direktur Konsumer).

Apa pertimbangan Kementerian BUMN mengganti direksi Bank BNI?

Pertimbangannya ada dua. Satu memang kalau kami lihat dari kondisi pada saat ini karena Covid-19, isu dari pada keuangan sangat penting. Keuangan itu termasuk perbankan. Nah kalau kita lihat kemarin BTN ada manajemen baru, dilihat performance BTN bagus kan? Sekarang kan meningkat. Betulkan?

Sama juga di BNI, saya kembali merasa perlu ada penyegaran karena BNI ini bank besar. Kami harapkan dengan adanya penyegaran ini, kinerjanya jadi lebih bagus. Seperti hari ini saya baru tahu bagaimana respons market terhadap saham BNI.

Saya melihat mungkin lebih medium term, jangka menengah walaupun didasari dengan data-data jangka pendek. Ini bukan salah dan benar, ini karena Covid-19 jangan sampai nanti ada bank Himbara yang dalam kondisi2 yang tentu performance-nya menurun. Pasti kuncinya manajemen.

Saya mengharapkan dengan manajemen yang baru, bisa lebih kompak sesama direksi, lebih kompak dengan komisaris. Itu kuncinya. Sama seperti di perusahaan BUMN juga, kalau antara direksi tidak kompak atau direksi-komisaris tidak kompak juga tidak bagus buat perusahaan BUMN tersebut.

Karena itu dari awal, kan Saya selalu bilang bahwa untuk mengawasi begitu banyak BUMN, saya perlu Dirut (direktur utama) dan Komut (Komisaris Utama yang kuat, yang bisa kerja sama, saling bantu, saling mengawasi, bukan berarti Komut menjadi direksi atau direksi yang tidak mau diawasi oleh komisaris.

Kompak itu termasuk kenapa akhirnya jajaran direksi BUMN banyak dari Bank Mandiri?

Enggak, kan begini, kemarin di awal pengurusan, mayoritas dari BNI kan. Kan cuma dua dari BRI. Nah kalau lihat juga sekarang background dari pada direksi yang masuk, walaupun dari Mandiri ada lima orang, tapi background-nya sebelumnya bukan di Bank Mandiri. Ada yang dari bank asing. Tapi Bank Mandiri merekrut mereka masuk Bank Mandiri. Jadi talenta yang diambil Bank Mandiri adalah talenta bagus.

Itu yang dari awal selalu saya bilang, saya sangat berharap bank-bank selain Bank Mandiri harus terus meningkatkan sumber daya manusia (SDM), baik di BTN, BRI, atau pun di BNI.

Saya melihat bahwa kesempatan tetap diberikan kepada BNI, buktinya ada direksi BNI yang naik juga. Seperti sebelumnya, waktu di kepengurusan sebelumnya, banyak BNI yang muda-muda jadi direktur. Kalau lihat kombinasi di BTN atau BRI, kan tidak semua orang Bank Mandiri. Di BTN ada orang BTN, di BRI ada orang BRI. Jadi jangan dikotomi seakan-akan semuanya bankir Mandiri.

Tetapi kenapa banyak sekali Bankir Bank Mandiri di Bank BUMN?

Sekarang direksi yang lulusan bank Mandiri menjabat, itu yang saya selalu bilang, saya sangat berharap dari 142 BUMN bisa 10-15% juga menjadi excellence dari SDM. Ini yang kami harapkan, tidak boleh bergantung dengan beberapa BUMN. Sama Direktur Utama Bio Farma dari Telkom, Telkom menjadi salah satu tempat tapi tidak hanya dua, harus lebih banyak BUMN-BUMN yang bisa menelurkan SDM yang baik.

Apakah kinerja jadi salah satu pertimbangan perombakan direksi di BNI. Apakah hal sama juga diterapkan di BUMN lain?

Pasti, saya dari awal bilang dalam memilih direksi bukan suka atau tidak suka, tapi berdasarkan KPI (key performance index). Saya sangat mengharapkan direksi yang sudah menjabat sebelum saya dan baru menjabat zaman saya, mereka tidak boleh merasa aman dalam arti mereka harus merasa aman kalau KPI bagus. Kalau mereka KPI-nya tidak bagus, jangan merasa aman.

Saya tipe pemimpin yang benar-benar mengharapkan performance dari pada BUMN itu baik, apalagi dengan kondisi covid-19 di mana 90% kena.

Direksi Bank Mandiri siapa calonnya?

Belum, kok cepat-cepat.

Namanya sudah masuk ke Tim penilai akhir (TPA)?

Sudah.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Bos Baru BNI, Siapa Royke Tumilaar?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular