
Waspada! Sesi II Rasanya Sulit Bagi IHSG Bangkit & Balik Arah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlempar ke zona merah pada penutupan perdagangan sesi 1, Kamis (3/9/2020), memperpanjang koreksi hari kedua karena investor kurang teryakinkan bahwa independensi Bank Indonesia (BI) bakal terjaga.
Pagi tadi IHSG dibuka naik 0,11% ke level 5.318,04. Namun selang 10 menit kemudian, indeks acuan bursa nasional tersebut terlempar ke zona merah dengan koreksi 0,13% ke level 5.304,81. Pada sesi penutupan siang, IHSG tercatat melemah 0,7% (-35 poin) ke 5.276,543.
Pasar terlihat masih mengkhawatirkan wacana penghapusan independensi Bank Indonesia (BI), yang membawa Republik ini mundur ke era Orde Baru di mana BI beroperasi di bawah Menteri Keuangan.
Sebelumnya, ramai diberitakan mengenai adanya Dewan Moneter, yang bakal diketuai Menteri Keuangan, dalam draf RUU. Yang menjadi perkara, BI akan dibawahi Dewan Moneter dan ketentuan soal "pihak lain tidak bisa ikut campur dalam pelaksanaan tugas BI" dihapus.
Investor asing kembali mencetak penjualan bersih (net sell), kali ini senilai Rp 224,7 miliar di pasar reguler. Nilai transaksi bursa hanya Rp 4,3 triliun dengan 10,6 miliar saham ditransaksikan 396.245 kali. Sebanyak 121 saham menguat, 271 melemah, dan 167 lainnya flat.
Bursa utama di kawasan Asia bergerak variatif. Indeks STI Singapura minus 0,6%, indeks bursa Shanghai China melemah 0,02%, dan indeks Hang Seng surut 0,3%. Namun, indeks Nikkei Jepang naik 1,1% dan indeks KOSPI Korea Selatan bertambah 1,4%.
Analisis Teknikal
![]() IHSG Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot dengan BB yang masih lebar namun cenderung menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya terbatas cenderungterkoreksi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.293. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.258.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 42, yang menunjukkan belum adanya indikator jenuh beli akan tetapi pergerakan RSI terkonsolidasi turun setelah menyentuh level jenuh beli sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan indikator MACD di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk terdepresiasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator MACD yang berada di zona negatif dan RSI yang terkonsolidasi turun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000